Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mazhab Kenthirisme, Sebuah Pertanggungjawaban Terbuka

5 Desember 2020   19:38 Diperbarui: 5 Desember 2020   21:21 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keseluruhan proses tekstualisasi a'la Kenthirisme itu serba tak terduga. Suatu metode baru ditemukan secara tak sengaja karena ada masalah. Suatu informasi yang tak terpikirkan sebelumnya diperoleh karena praktek metode yang inovatif atau kreatif.  Itu namanya serendipitas, solusi atau temuan tak terduga tapi penting, dalam peoses tekstualisasi.

Demikianlah intuisi  dalam proses tekstualisasi menuntun pada serendipitas. Lalu serendipitas mengubah alur dan arah teks, atau memperkayanya, atau bahkan mengubah fokusnya.

Seorang Kenthiris membiarkan dirinya dituntun oleh intuisi yang menghasilkan serendipitas sepanjang proses tekstualisasi. Setiap kalimat adalah serendipitas, temuan tak terduga. Demikian pula setiap paragraf adalah serendipitas.

Itu sebabnya seorang Kentiris tak pernah menulis teks berdasar suatu kerangka atau garis besar (outline). Kerangka atau garis besar dianggap sebagai pembakuan: penjara yang membunuh intuisi dan karena itu menyia-nyiakan peluang serendipitas.

Penganut Mazhab Kenthirisme  hanya tahu pasti bagaimana mengawali proses tekstualisasi.  Dia tidak pernah tahu akan seperti apa struktur teks nantinya. Juga tidak tahu apa saja persisnya isi teksnya kelak. Bahkan dia tidak tahu akan bagaimana sebuah teks akan diakhiri nanti, sebelum kalimat penutup ditemukan. 

Bisa dikatakan, dalam proses tekstualisasi a'la Kenthirisme, bukan penulis  yang mengendalikan teks, tapi teks itu sendiri yang menemukan bentuknya.  Intuisi dan serendipitas adalah proses teks itu menemukan bentuk. Begitulah cara kerja Mazhab Kenthirisme.

Wasanakata  

Artikel ini merupaken saripati dari seluruh artikel tentang anarkisme/kenthirisme tekstualisasi (penulisan, penajaan) yang saya tulis dalam periode 2014-2020 di Kompasiana.

Penulisan artikel ini merupakan bentuk pertanggungjawaban sekaligus ucapan terimaksih saya kepada rekan-rekan Kompasianer yang telah sudi membaca dan mengomentari artikel-artikel tersebut.  Juga, tentu saja, kepada rekan-rekan Min K yang tekun melakukan kurasi pada artikel-artikel tersebut.

Artikel ini sengaja saya tulis pada Sabtu, 5 Desember 2020, bersamaan hari terakhir Kompasianival 2020, karena diniatkan sebagai sambutan saya pada event besar itu, tanpa memperdulikan apakah saya terpilih atau tidak sebagai jawara Best in Opinion 2020.

Menulis di Kompasiana, bagi saya bukan untuk berkompetisi menjadi yang terbaik, melainkan berlomba untuk membagikan yang terbaik dari saya untuk sesama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun