Seketika, Poltak berbalik dan beranjak meninggalkan Binsar dan Bistok tercenung. Jiwa Poltak besar, tapi hatinya pilu. Hak istimewanya atas kaki babi bakar telah dirampas oleh seorang koruptor sadis.
"Poltak! Tunggu!" Binsar dan Bistok kompak memanggil sambil berlari mengejar Poltak. Â
"Ayo. Dua kaki babi bakar ini kita gerogoti bertiga." Binsar menawarkan solusi adil. Bistok mengangguk setuju. Poltak kontan sumringah lagi. Â
Tiga sekawan itu kembali bercanda dan tertawa ria seperti sedia kala. Mereka pesta makan kaki babi bakar, Â bergilir menggerogot dan mengerkah potongan kaki gosong. Pergantian tahun sah untuk Poltak, Binsar dan Bistok.
Tuhan memang murah hati untuk Panatapan. DituntunNya akal budi Poltak, Binsar dan Bistok untuk dapat mengatasi masalahnya sendiri. Sebab Tuhan tahu, mengundang campur-tangan orang tua kerap kali berarti membuka pintu untuk nasihat Lucifer. (Bersambung).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H