Saya sangat sadar, penulis novel di Kompasiana adalah kelompok marjinal yang dipinggirkan. Â Ada masalah struktural di sini. Â Masalah ketidakadilan. Mesin Kompasiana misalnya tidak didisain untuk mengangkat sebuah teks episode novel ke ruang "Terpopuler" saat meraih jumlah UV 100. Padahal UV 100 untuk novel bisa saja disetarakan dengan UV 300 untuk artikel politik.
Tapi, seperti sudah saya katakan, kami para novelis picisan ini adalah manusia-manusia kuat. Kami memilih jalan "Novel" dengan kesadaran penuh atas risiko kesepian. Karena itu, kami pantang mengemis perhatian. Tidak kepada rekan Kompasianer, tidak juga kepada Admin K. Tidak.
Jika saya menuliskan kisah derita ini, maka bukan bermaksud meraih simpati. Bukan. Saya hanya ingin mendokumentasikannya. Sebelum dia hilang ditelan lupa. Juga untuk mengurangi beban memori derita di benak.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H