Dalam artikelnya, "Pekan dan Minggu di Mata Lema" (K.24/9/2020), rekan munsyi Khrisna Pabichara bilang dalam perkara waktu, pekan dan minggu sama saja. Â Maksudnya sama-sama 7 hari dan sama-sama berawal di hari Minggu dan berakhir di hari Sabtu.
Betulkah? Â Saya punya pendapat yang berbeda. Â Saya bilang, "Berbeda." Â Belum tentu yang benar. Â Tapi perbedaan itu bagus jika dipertemukan, bukan? Seperti ikan di laut dan asam digunung bertemu dalam kuali. Â Hasilnya? Hmm, selamat makan.
Saya mulai dari hal perujukan nama dan istilah. Nama hari Minggu (nama hari), istilah seminggu (jumlah 7 hari) dan istilah mingguan (kejadian 1 kali seminggu) merujuk pada Penanggalan atau Kalender Masehi  yang berlaku umum kini.
Baca juga : Akhir Pekan
Sedangkan istilah pekan (kejadian pasar) dan sepekan (jumlah 7 hari) merujuk pada tradisi gelar pasar besar di suatu jejaring komunitas. Â Jumlah hari dalam sepekan ditetapkan 7 hari, merujuk pada jumlah 7 hari dalam seminggu pada Penanggalan Masehi. Â
Dengan begitu, hari pekan besar selalu berulang tepat pada hari yang sama setiap 7 hari. Â Itu sebabnya dikenal Pasar Senen, Pasar Selasa, Pasar Rebo, Pasar Kamis, Pasar Jumat, Pasar Sabtu dan Pasar Minggu. Semuanya menunjuk pada hari kejadian pekan (pasar) besar.
Tapi dalam masyarakat Jawa, hari pekan hanya ada lima dan selalu berulang setiap 5 hari. Sebutannya pancawara atau pasaran, terdiri dari paing -- pon -- wage -- kliwon -- legi/umanis. Karena itu di kota-kota di Jawa ada Pasar Paing, Pasar Pon, Pasar Wage, Pasar Kliwon, Pasar Legi.
Kalau dalam masyarakat Batak Toba yang mayoritas Kristiani, hari pekan besar terjadi dalam 6 hari yaitu Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat dan Sabtu. Hari Minggu adalah Hari Tuhan, tidak boleh ada kegiatan pekan besar.
Baca juga : Masih, tentang Kisah Satu Pekan
Jadi, seminggu dan sepekan memang sama-sama 7 hari, tapi tidak selalu berimpit harinya. Jika di satu komunitas lokal hari pekan besar adalah hari Rabu, maka hitungan hari sepekan di situ adalah Kamis-Jumat-Sabtu-Minggu-Senin-Selasa-Rabu. Â Jadi, urutan hari dalam sepekan itu sesuai dengan konteks budaya lokal.
Semisal Poltak pada hari pekan, Sabtu, di pekan Tigaraja Parapat berjanji dengan Khrisna ngopi bersama lagi sepekan ke depan, itu berarti hari Sabtu depan, bukan Minggu.
Itu sebabnya saya bilang seminggu dan sepekan itu serupa tapi (tak selalu) sama.
Tak selalu sama, berarti bisa saja sama. Â Ya, hari-hari dalam seminggu dan sepekan dimungkinkan berimpit sempurna jika hari pekan besar jatuh pada hari Minggu. Â Ini terjadi dalam masyarakat yang mayoritas Islam, misalnya Melayu dan Betawi. Â Ada Pasar Minggu. Â Â