Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

[Tani Alami #001] Ampas! Itulah Makanan Kita Hari Ini

31 Agustus 2020   20:25 Diperbarui: 4 September 2020   04:59 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makan ampas? Ah, itu hoaks atau, tepatnya, melebih-lebihkan.  Tidak. Itu fakta, bukan hoaks atau melebih-lebihkan.

Saya sendiri kaget bukan kepalang dengan fakta itu. Pertama kali mendengarnya tanggal 19 Agustus 2020 lalu dalam Webinar "Pertanian Natural Hortikultura".   

Adalah Nishimura Akira, salah seorang pembicara, juga petani alami sayuran,  yang mengungkap fakta itu. Dia mengutip data komposisi makanan dari Ministry of Education, Culture, Sport and Technology (MEXT), Jepang.  

Data yang disajikan adalah komposisi Vitamin A, Vitamin C dan zat besi (Fe) dalam 5 produk hortikultura, membanding hasil riset tahun 1951, 1982, 2000 dan 2015.  

Produk yang dimaksud adalah tiga jenis sayuran yaitu wotel, tomat dan horenso (bayam Jepang) dan dua jenis buah yaitu apel dan jeruk mandarin.

Saya beber hasil riset itu di bawah ini. Cukup dengan membanding data tahun 1951 dan 2015 saja. Hitungan kadar kandungannya adalah miligram per 100 gram produk segar.  

Wortel.   Perubahan kadar kandungan nutrisi dari tahun 1951 ke 2015 sebagai berikut: Vitamin A 13,500 mg menjadi 720 mg (tinggal 5.3%), Vitamin C 10 mg menjadi 6 mg (tinggal 60%) dan Fe 2 mg menjadi 0.2 mg (tinggal 10%).

Tomat. Perubahan kadar kandungan nutrisi dari tahun 1951 ke 2015 sebagai berikut: Vitamin A 400 mg menjadi 80 mg (tinggal 20%), Vitamin C 5 mg menjadi 0.5 mg (tinggal 10.8%) dan Fe 52 mg menjadi 0.2 mg (tinggal 0.4%).

Horenso. Perubahan kadar kandungan nutrisi dari tahun 1951 ke 2015 sebagai berikut: Vitamin A 8,000 mg menjadi 350 mg (tinggal 4.4%), Vitamin C 150 mg menjadi 35 mg (tinggal 23.3%) dan Fe 13 mg menjadi 2 mg (tinggal 15%).

Apel. Perubahan kadar kandungan nutrisi dari tahun 1951 ke 2015 sebagai berikut: Vitamin A 10 mg menjadi 0 mg (tinggal 0.2%), Vitamin C 5 mg menjadi 4 mg (tinggal 80%) dan Fe 2 mg menjadi 0.1 mg (tinggal 5%).

Jeruk mandarin. Perubahan kadar kandungan nutrisi dari tahun 1951 ke 2015 sebagai berikut: Vitamin A 2,000 mg menjadi 21 mg (tinggal 1.1%), Vitamin C 29 mg menjadi 11 mg (tinggal 37.9%) dan Fe 2 mg menjadi 0.1 mg (tinggal 5%).

Apa artinya angka-angka di atas?  Jarak tahun 1951 ke 2015 adalah 64 tahun.  Artinya pada tahun 1951 orang Jepang masih makan wortel, tomat, horenso, apel dan jeruk mandarin yang sesungguhnya, hasil pertanian yang relatif masih alami.   Belum banyak menggunakan pupuk dan pestisida buatan.

Tapi pada tahun 2015, atau 64 tahun kemudian, orang Jepang telah makan ampas segar dalam bentuk wortel, tomat, horenso, apel dan jeruk. Itulah hasil pertanian modern yang menggunakan pupuk dan pestisida buatan.

Predikat "ampas segar" itu terindikasi dari kadar vitamin C, vitamin A dan Fe yang yang tersisa pada sayur dan buah tersebut setelah 64 tahun.  Itulah dampak pertanian modern yang merusak tanah masa kini.

Fakta itulah yang mendorong orang Jepang kini mengubah orientasi pertanian dari pertanian modern ke pertanian alami. Pola pertanian tanpa olah tanah, tanpa pupuk, tanpa pestisida, tanpa herbisida (tidak membunuh gulma).  

Tokoh pertanian alami Jepang, Masanobu Fukuoka dan Kawaguchi Yoshikazu menyebutnya sebagai "do-nothing farming". Maksudnya, tidak mengeksploitasi alam dengan menggunakan teknologi yang semakin tidak alami.

Intinya, kata kedua orang petani cum filsuf itu, berkomunikasilah saja dengan alam (tanah), layani alam (tanah), maka semuanya akan jadi baik (sehat dan berkelanjutan).  

Saya tak hendak membahas lebih jauh soal pertanian alami itu di sini sekarang. Panjang ceritanya. Mungkin lain waktu.

Saya hanya ingin mengatakan apa yang terjadi di Jepang, nestinya terjadi juga di Indonesia. Mengingat pertanian kita adalah pertanian modern yang mengandalkan  pupuk, pestisida, dan herbisida. Sayangnya, kita tak punya data antar titik waktu seperti milik Jepang tadi.

Ringkasnya, saya ingin katakan, jika kita makan wortel, tomat, bayam, apel dan jeruk mandarin hari ini, cobalah pikirkan bahwa kita sebenarnya sedang makan ampas dalam bentuk produk-produk hortikultura itu.

Saya tak hendak membahas detail dampaknya terhadap kesehatan. Tapi cobalah dipikir, sesehat apa, dan akan sepanjang apa usia kita, jika setiap hari makan ampas?

Ini tak hanya berlaku untuk sayur dan buah. Tapi juga makanan pokok. Beras misalnya. Saat makan sepiring nasi, apakah kita makan beras sungguhan, atau racikan pupuk Urea, ZA, NPK, KCl, dan pestisida dalam rupa beras?

Memang sudah saatnya untuk beralih ke pertanian alami. Soal makanan "ampas segar" ini hanya satu alasan. Alasan selengkapnya untuk anjuran ini akan saya sampaikan kemudian. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun