Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kisah Misteri Jeruk Purut di Jakarta

24 Juli 2020   12:09 Diperbarui: 24 Juli 2020   14:31 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah misteri itu idaman tiap orang.  Bikin takut tapi juga bikin penasaran.  Orang normal memang butuh hiburan pemicu adrenalin. Takut itu baik untuk kesehatan jiwa.

Itu sebabnya kisah misteri selalu laku keras sepanjang zaman.  Mulai dari novel, cerpen, komik, ketoprak, opera, filem bioskop, sinetron, program radio, program televisi, sampai tayangan Youtube yang lagi naik daun kini.

Sebenarnya absurd.  Banyak orang yang cari nafkah dari kerja menakut-nakuti sesamanya. Lebih absurd lagi, lebih banyak orang yang gemar ditakut-takuti sampai terkencing-kencing. Bahkan rela membayar untuk itu.

Mungkin itu bentuk co-evolusi antara manusia dan hantu.  Kedua entitas itu saling membutuhkan.  Manusia perlu takut, hantu perlu menakuti.  Maka jayalah selalu para kuntil-anak, genderuwo, wewe-gombel, begu-ganjang, sundel-bolong, leak, tuyul, hantu-laut, hantu-gunung dan lain-lain. Silahkan perpanjang sendiri itu daftar hantu-hantu.

Baiklah, saya juga mau ikutan latah.  Mau menangguk keuntungan dari kisah misteri. Saya akan mencoba menakut-nakuti pembaca dengan "Kisah Misteri Jeruk Purut" ini.  

***

Kisah misteri ini terjadi di kota Jakarta.  Tokoh utamanya adalah Poltak dan isterinya.  Saya tak perlu perkenalkan lagi Poltak karena tokoh ini sudah sangat sohor di blantika Kompasiana.

Bagi Poltak, tumbuhan jeruk purut (Citrus hystrix) bukanlah hal baru.   Sebagai orang yang lahir dan besar di Tanah Batak, dia tahu manfaat ganda tumbuhan itu.  Buahnya lazim digunakan perempuan Batak untuk marpangir, keramas, di pancuran desa.  

Selain untuk bahan keramas, buahnya juga lazim digunakan sebagai sarana dalam perdukunan.  Kakek Poltak misalnya memiliki kemampuan membaca nasib orang dengan cara membelah dua buah jeruk purut lalu mencemplungkannya ke dalam baskom berisi air bening.  Kakeknya kemudian membaca posisi dan pergerakan dua belahan buah jeruk purut itu.  Lalu memberitahu nasib seseorang yang sedang dibaca.  Entah bagaimana caranya, berdasar pengalaman, Kakek Poltak tak pernah salah baca. Padahal kakeknya itu buta huruf.

Satu hal yang baru diketahui Poltak adalah fakta bahwa daun jeruk purut lazim digunakan sebagai bumbu penyedap masakan.  Itu baru diketahuinya dari ibu mertua dan isterinya. 

Semula dia heran untuk apa mertuanya menanam jeruk purut di pekarangan rumah. Lebih heran lagi ketika diberitahu bahwa daunnya diperlukan untuk bumbu penyedap aneka masakan, semisal balado teri, gulai ayam, nasi uduk, bika ambon dan lain-lain.   Dan memang benar, rasa masakan mertuanya sedap semua.  Mungkin juga karena semuanya gratis bagi Poltak.

Begitulah.  Untuk keperluan bumbu masak, awal tahun lalu isteri Poltak minta untuk ditanamkan pohon jeruk purut di pekarangan rumah mereka. Memenuhi permintaan isteri, Poltak membeli pohon jeruk purut dalam pot di lapak penjual tanaman kebun dan pekarangan di Ragunan.

Selama enam bulan pertama, pohon jeruk purut dalam pot itu tumbuh segar ceria.  Daunnya lebat dan hijau cerah.   Hampir setiap hari isteri Poltak memanen daunnya untuk bumbu masak. Hampir setiap hari juga Poltak menikmati masakan enak berbumbu daun jeruk.  Pasti sedaplah, soalnya bikinan isteri sendiri.

Memasuki bulan ketujuh, mulai terjadi keanehan.  Daun pohon jeruk purut tiba-tiba layu meloyo.  Poltak dan isterinya masjgul. Gerangan apa yang terjadi dengan pohon jeruk purut mereka?  Beberapa hari yang lalu masih segar, kok sekarang mendadak layu. 

Padahal setiap memanen daunnya isteri Poltak selalu merayu.  Minta maaf karena daunnya dipetik terus.  Mohon agar Si Jeruk Purut itu tidak sakit hati dan tetap sudi menghasilkan daun segar yang lebat.  Sudah dirayu habis-habisan kok sekarang bisa layu.

Tindakan isteri Poltak sebenarnya sudah tepat. Menurut hasil riset, tanaman perlu sapaan dan sentuhan kasih sayang.  Supaya dia senang dan semangat berkembang.   Tanaman yang mendapat perlakuan kekerasan pasti akan stress berat  lalu mati.  Kalau tak percaya, coba bacoki pohon apa saja yang ada di depan rumahmu tiap hari. Kalau itu pohon tidak tewas, berarti dia pohon plastik.

Kembali ke pohon jeruk purut milik Poltak dan isterinya. Beberapa hari kemudian dedaunannya betul-betul mongering dan gugur semua.  Menyisakan batang dan ranting yang meranggas genas. Isteri Poltak berduka lagi kehilangan pohon bumbu andalannya.  Poltak juga bersedih, terbayang tanpa daun jeruk purut masakan isterinya tak seenak biasanya lagi.

Sedih boleh tapi akal sehat tetap harus tetap dipiara.  Poltak berusaha memecahkan misteri kematian pohon jeruk purutnya itu.  Menurut diktat Pengantar Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman yang pernah dibacanya puluhan tahun lalu, kematian tanaman yang ditandai oleh daun layu biasanya berpangkal dari masalah perakaran.

Poltak kemudian mencabut pohon jeruk purut mati itu dari potnya.  Benar saja, akarnya membusuk semua.   Pantas saja dia mati. Kelaparan karena cairan makanan tidak bisa terangkut dari dalam tanah lewat serapan akar ke dedaunannya.  Sinar matahari kemudian tidak memicu foto sintesis melainkan menyerap habis cairan daun.  Matilah dia.  Nah, misteri kematian terpecahkan setengahnya.

Pertanyaan selanjutnya, mengapa akar jeruk purut itu membusuk.  Poltak mencoba menyigi perlakuan terhadap tanaman itu ke belakang. Selain disirami dengan rayuan maut isterinya, dia ingat, dia juga selalu menyirami pohon itu setiap hari. Masalahnya, struktur tanah di bawah pot sudah membatu sehingga air menggenangi perakaran dalam waktu cukup lama.

Akar terendam air dalam waktu lama adalah salah satu sebab.  Satu sebab lagi, Poltak ingat bahwa dua hari sebelum pohon itu layu, dia memupuknya menggunakan urea.  Niatnya agar daunnya tambah lebat dan hijau.  Rupanya dosis urea berlebihan.  Ditambah rendaman air, tanah pot menjadi panas. Akar jeruk purut malang itupun matang terkukus, lalu membusuk capat, sehingga tewaslah dia. 

Misteri kematian pohon jeruk purut terpecahkan, sudah.  Kasus ditutup.

***

Apa yang menakutkan atau mungkin mengerikan dari kisah misteri pohon jeruk purut milik Poltak dan isterinya ini? 

Perhatikanlah bagaimana proses jeruk purut itu menemui ajalnya.  Disirami dengan air secara berlebihan.  Dipupuk dengan urea secara berlebihan. Poltak telah mencintai pohon jeruk purutnya secara berlebihan, dengan cara memberi minuman air dan makanan pupuk urea secara berlebihan. Pemberian yang jauh melebihi kebutuhan pohon jeruk purutnya.

Akibatnya, cinta berlebihan, ditandai pemberian air dan pupuk berlebihan, itu pada akhirnya telah membunuh jeruk purut tercinta. Elusan lembut dan rayuan manis isterinya tak berhasil menyelamatkan pohon tercinta itu.

Pesannya sangat sahaja.  Janganlah mencintai seseorang atau sesuatu mahluk secara berlebihan.  Karena cinta berlebihan itu bisa membunuhnya. Dengarkan saja nasihat almarhum Sapardi Djoko Damono, "Cintailah dengan sederhana."(*)

*)Mohon maaf jika ada yang tidak takut saat membaca artikel ini.  Ini bukan tipuan, ini kisah nyata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun