Sebaliknya jika kamu menulis artikel karena kemauanmu sendiri, untuk memberikan yang terbaik darimu bagi khalayak, maka kamu sedang menapaki jalan bahagia. Â Sebab dengan pilihan itu, kamu telah menegakkan otonomi diri dan menolak melayani keserakahan korporasi media kapitalis. Â
Jangan pernah berpikir bahwa artikelmu tidak mungkin menjadi AU hanya karena dirimu otonom. Ingatlah kawan, otonomi adalah ibu dari kreativitas yang tak biasa-biasa saja. Â
Karena kamu otonom, merdeka, maka kamu lebih mungkin melahirkan artikel yang "luar biasa". Artikel semacam itu akan "menaklukkan" Admin K sehingga tak ada pilihan baginya selain menempatkan artikelmu sebagai AU di Kompasiana.
Jangan bilang saya banyak bacot, kawan. Saya beri contoh. Â Ketika saya menulis artikel "Mukjizat Dalam Serumpun Pohon Pisang" (K.3/7/20), saya tak pernah mendisainnya untuk menjadi AU. Â
Saat itu saya hanya ingin menuliskan sesuatu yang sahaja tapi menyenangkan diri, sekaligus mungkin bisa menggembirakan khalayak pembaca. Nyatanya artikel itu ditempatkan Admin K sebagai AU. Itu menambah kesenangan saya, tentu saja.
Contah lain, mundur jauh ke belakang. Â Dulu saya menulis artikel "Hariara, Pohon Tertinggi Sejagad yang Ada di Tanah Batak" (K.25/4/19), hanya karena ingin tahu dan berbagi tentang makna religio-kultural pohon itu dalam masyarakat Batak Toba. Â
Artikel yang "tak lazim" itu kemudian ternyata diganjar AU oleh Admin K.  Bahkan lebih dari itu, artikel tersebut kemudian diterbitkan media Perancis  www.courrierinternational.com (26/1/2020) dan media Belanda www.360magazine.nl (15/1/2020).  Itu adalah buah otonomi diri yang, tanpa diduga, ternyata menarik minat editor media internasional. Â
Setelah membaca artikel ini, masihkah kamu ngotot menulis artikel demi label AU, kawan? Atau mau ikut menapak jalan sunyi bersama saya, menulis artikel sesuai apa maumu demi ikhtiar menebar kebaikan bagi khalayak?
Sebelum memutuskan, ada baiknya merenungkan nasihat Guru saya ini, "Janganlah kamu sibuk dengan ikhtiar meniup jatuh elang di langit sampai lupa menabur benih di ladang.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H