Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Mengapa Poltak Membeli Barang Rusak?

30 Juni 2020   16:29 Diperbarui: 30 Juni 2020   18:31 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi celana pendek berbahan tenun ikat Maumere (Foto: bukalapak.com)

Turis bule malang itu memelas balik badan menatap celana yang dipegang Poltak penuh harap.

"Oke, kamu bisa ambil ini," Poltak mengangsurkan celana bagus ke turis bule yang menyambutnya sukacita.  Pikir Poltak, "Saya bisa cari celana lain di toko lain."

Ketika turis bule tadi sudah keluar dan Poltak mulai beranjak keluar, tiba-tiba pemilik toko menawarkan, "Bapak boleh bayar sepuluh ribu saja untuk celana pendek bolong ini."

Tanpa pikir panjang disertai ucapan terimakasih, Poltak langsung membayar Rp 10,000 dan menenteng celana pendek bolong itu dengan sukaria.

Pikir Poltak, "Semua celana pada akhirnya akan bolong juga.  Saya hanya mendapatkan bolongnya lebih cepat dengan membayar lebih murah."

***

Sudah tahu bolong, mengapa Poltak tetap mau beli celana pendek itu?   Harga murah, 40 persen dari harga asli, hanyalah satu alasan.   Bukan itu yang utama.

Alasan utama adalah motif tenun yang sangat memikat pada bahan celana itu.  Poltak tidak terlalu paham motif apa namanya.  Itu khas Maumere. Beda dengan motif sarung tenun yang dilihatnya di pasar kain tenun Ende.

Selain itu bahannya juga benang katun asli dan menggunakan bahan pewarna alami.  Dilihat dari tampilannya yang sudah agak lusuh, dipastikan celana itu dibuat dari kain tenun tua yang sudah ada bolongnya.  

Jadi "cacat bolong" itu sebenarnya penanda usia tua pada bahan celana pendek tersebut. Entah sudah berapa orang perempuan yang pernah menyandang kain bakal celana itu sebelum kemudian dijual dan dijadikan celana pendek.  

Ada sejarah kain tenun yang tidak tercatat dan tidak terujarkan melekat di celana pendek itu. Mungkin saja kain itu dulu dijual pemiliknya untuk menebus beberapa kilogram beras di masa paceklik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun