Jadi, orang Batak tidak makan daging tanpa alasan yang dapat diterima menurut norma adat. Â Makan daging, dalam hal ini babi yang kini merupakan "hewan adat", juga ada aturan adatnya. Tidak dimakan keluarga sendiri, tapi berbagi sesuai hak masing-masing dengan anggota kerabat dalam struktur Dalihan Natolu.
Stereotip "Batak makan babi (dan anjing)" dengan demikian, selain pejoratif, mengandung sesat paham tentang masyarakat Batak. Khususnya Batak Toba penganut Kristen.
***
Tapi mungkin masih ada yang menyanggah, "Bukankan orang Batak gemar marmitu, minum tuak dan makan daging babi dan anjing di lapo?" Â
Pertanyaannya, apakah semua orang Batak marmitu? Â Jawabnya, "Tidak." Bisa dipastikan 100 persen perempuan Batak tidak marmitu. Lalu paling sedikit 75 persen lelaki Batak juga bukan parmitu.
Jadi, paling banyak 25 persen lelaki Batak yang gemar marmitu. Ini adalah kelompok anak muda sampai dewasa usia pertengahan di pedesaan dan perkotaan.
Bagi kelompok itu, marmitu adalah pergaulan sosial. Â Anak-anak muda marmitu sambil bernyanyi meluapkan suka-duka hidupnya. Termasuk kisah-kisah kasih tak sampainya.
Sementara itu orang-orang dewasa pertengahan marmitu sambil membincangkan masalah-masalah sosial, ekonomi, budaya dan politik tingkat lokal sampai global. Â Ada pertukaran pengetahuan di situ, tapi juga banyak omong besar yang menghibur.
Sambil minum tuak, mereka biasanya menikmati tambul (teman minuman), berupa tanggo-tanggo, potongan daging babi atau anjing yang dimasak dengan darahnya. Â Tambul seperti itu adalah "alas lambung", agar tidak sakit direndam tuak beralkohol.
Jadi, kelompok kecil Batak parmitu itu tidaklah cukup sebagai dasar membangun stereotip pejoratif "Orang Batak makan babi dan anjing". Stereotip semacam itu adalah kesimpulan menyesatkan yang ditarik secara pars pro toto.
Pada akhirnya, bisa dikatakan orang Batak Kristen tidak mengharamkan makan daging babi dan anjing. Tapi itu tidak berarti  daging babi dan anjing merupakan makanan sehari-hari orang Batak. Kecuali untuk kelompok kecil parmitu, bagi orang Batak makan daging babi lazimnya harus diletakkan dalam kerangka praktek adat Dalihan Natolu.
Demikian catatan saya, Felix Tani, tidak mengharamkan daging babi dan anjing tapi bukan parmitu.(*)