Berdasar subjektivitasnya, setiap penulis sudah punya persepsi sendiri tentang bangun tulisan yang indah.
Tamsil keindahan Candi Borobudur hanya untuk memahami pola umumnya saja. Â Â
Sebagai sebuah mahakarya arsitektur, Candi Borobudur itu bangun sempurna. Strukturnya kokoh, fungsional, dan indah. Â
Demikian pula selayaknya sebuah tulisan. Idealnya dibangun sebagai struktur yang kokoh, fungsional dan indah secara keseluruhan.
Borobudur dibangun dari ratusan ribu balok batu yang saling taut lewat takikan, getakan, lobang dan pen, serta ekor burung. Â
Saling-taut  antar balok batu itu membentuk struktur piramida yang indah dan kokoh. Mulai dari  dasarnya "kamadhatu", kehidupan rendah. Lalu "rupadhatu", kehidupan tinggi di tengah. Hingga "arupadhatu", nirwana di puncaknya.
Nirwana itu adalah simpulan kukuh untuk sebuah  kehidupan yang meningkat dari taraf rendah ke taraf tinggi.
Begitu pula sebuah tulisan, entah esai, prosa maupun puisi, idealnya dibangun kokoh dan indah seperti Borobudur. Â
Sebuah tulisan dibangun dari ratusan atau ribuan kata. Â Kata-kata bertaut menjadi kalimat. Kalimat bertaut membentuk paragraf. Secara keseluruhan lalu mewujudkan struktur piramida. Â
Kesimpulan tulisan itu ibarat arupadhatu. Dia kukuh dan indah jika didasarkan pada kamadhatu dan rupadhatu. Itulah fondasi data dan argumen-argumen yang kuat. Â Â
Keindahan sebuah tulisan secara keseluruhan juga ditentukan pilihan "batu" penyusunnya yaitu kosa kata. Â Juga oleh teknik penautan antar "batu"atau kata itu. Â Â