Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Opini Itu Logis, Memihak dan Indah

10 Mei 2020   21:14 Diperbarui: 11 Mei 2020   14:35 1455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bangunan opini yang indah itu ibarat candi Borobudur (Foto: tribunnews.com)

Data basis opini bisa bersifat primer dan atau sekunder. Umumnya artikel opini didasarkan data sekunder, data dari tangan kedua yang telah mengolahnya. Antara lain data keluaran otoritas statistik dan lembaga riset, laporan-laporan resmi, dan liputan-liputan media massa.  

Penulisan opini berdasar data primer jarang dilakukan. Agak sulit karena mengharuskan penulis mengumpul sendiri data dari tangan pertama. 

Misalnya, jika menulis opini tentang larangan mudik, penulis perlu wawancara langsung dengan Presiden Jokowi untuk mendapatkan data primer.  Antara lain informasi pertimbangan-pertimbangan sosial, ekonomi, budaya dan politik dibalik kebijakan itu.  

Video konperensi pers Presiden dan dokumen aturan PSBB bukan data primer.  Itu data sekunder dalam bentuk dokumen video dan cetakan. Hanya saja, dia lebih valid, ketimbang data berupa artikel liputan pers, sebagai contoh.

Untuk memudahkan pemahaman tentang logika induksi dalam membangun opini, ambil contoh isu "kinerja Gubernur DKI Anies Baswedan menanggulangi banjir di Jakarta".  

Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengumpul data resmi program mitigasi banjir Jakarta dan target-targetnya per tahun. Kemudian pada tahun kedua pemerintahannya, sebagai contoh, dikumpulkan data kejadian banjir Jakarta. Misalnya jumlah titik banjir, durasi banjir, kedalaman banjir, penyebab banjir, dan jumlah pengungsi.  

Dalam proses pengumpulan data, validitasnya harus dipastikan.  Jangan dikira data itu objektif sehingga netral. Di balik data selalu ada kepentingan produsennya. Data stok beras nasional misalnya beda antara Kemendag (kepentingan sukses pedagang) dan Kementan (kepentingan sukses produsen). 

Karena itu setiap data sekunder harus diperiksa antara lain siapa pengumpulnya, siapa sumbernya, siapa pengolahnya, dan untuk keperluan apa.  Begitu antara lain cara menilai validitasnya.

Berdasar analisis atas data yang valid itu barulah bisa dibangun opini bahwa Anies gagal atau sebaliknya berhasil mengatasi banjir. Dikatakan gagal misalnya jika realisasi program mitigasi banjir di bawah target sehingga kejadian banjir melewati target hasil program. Jika sebaliknya, berarti sukses.

Jadi, jangan karena hari ini hujan lebat di Jakarta, lalu terjadi banjir di beberapa titik lokasi, maka langsung dinyatakan Anies gagal mengatasi banjir.  Itu bukan opini, tapi tuduhan ngawur. Gak ada logikanya.

Opini Itu Memihak
Opini itu subyektif.  Karena itu dia tidak bebas nilai. Jadi kalau dikatakan opini itu etis, maksudnya dia mengandung atau memuat nilai tertentu.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun