Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ayo, Menulislah untuk Dunia!

4 Mei 2020   11:42 Diperbarui: 4 Mei 2020   19:53 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi dunia (Foto: NASA/Wikipedia.org)

"Inilah rahasia menulis artikel berkelas dunia." Tadinya saya mau bikin judul seperti itu. Agar merenggut perhatian pembaca.

Tapi itu clickbait. Ibarat mahluk berkepala ular, berbadan belut, berekor lele.  Alias bohong.

Artikel ini hanya ingin menjawab sebuah pertanyaan sederhana, "Saya menulis artikel untuk siapa?"

Sedikitnya ada empat kemungkinan. Pertama, menulis untuk diri sendiri. Kalau itu mauku, cukuplah menulis dalam diary, buku harian rahasia. Dunia tak perlu tahu urusan pribadiku, bukan?

Kedua, menulis untuk seseorang. Mungkin dia pacar, pasangan hidup, anak, saudara,  ayah atau ibuku. 

Kalau itu maksudku, cukuplah menulis surat pribadi. Sekarang bisa lewat layanan SMS, WA, atau surat elektronik.

Ketiga, menulis untuk sekelompok orang. Semisal teman sepermainan, teman sesama alumni, dan teman sekerjaku. 

Kalau itu tujuanku, cukuplah menulis di WAG. Sekarang saya ikut dalam berbagai WAG.

Keempat, menulis untuk dunia. Nah, ini baru keren.  Inilah pilihanku.

Tapi tunggu sebentar. Menulis untuk dunia? Emangnya, siape gue? Kesannya kok gak tahu diri, ya.

Tidak juga. Sebab sekali seorang menulis artikel di media on-line, maka sebenarnya dia sudah menulis untuk dunia.

Format on-line berimplikasi go-global, mendunia, untuk sebuah artikel. Setiap warga dunia dapat dan boleh mengakses dan membacanya. Syaratnya mereka menguasai bahasa pengantar artikel itu.  

Sekarang renungkanlah contoh hipotetis ini. Saya menulis satu artikel kelas diary di Kompasiana.  Bayangkan betapa kecewanya para pembaca dunia yang mengakses artikel itu. Mereka membuang banyak waktu dan kuota internet tanpa memperoleh manfaat.

Untunglah Admin Kompasiana setia menerapkan kriteria ketat.  Artikel kelas diary semacam itu pasti langsung di-HL-kan (HL = Hanya Lewat). Sehingga jumlah orang yang dirugikan bisa ditekan.

Intinya, jika menulis di media on-line, pertimbangkan kepentingan pembaca dunia, selain kepentingan pribadi atau kelompok.  

Perlu ada perimbangan antara dua kepentingan itu.  Perimbangan itu saya tentukan sendiri selaku penulis. Di sinilah kedewasaanku sebagai penulis diuji.

Jadi, jika saya bilang menulis untuk dunia, itu artinya saya mempertimbangkan kepentingan pembaca dunia.  Tegasnya,  saya berempati. Jika hanya mempertimbangkan kepentingan pribadi, itu artinya saya narsistis.

Sekarang, siapakah yang gak tahu diri? Saya yang narsistik atau saya yang empatik? Silahkan menghakimi saya.

Tapi menulis untuk dunia itu berat, Bro. Mungkin ada yang berdalih begitu.

Gak berat-berat amatlah. Kuncinya hanya satu: Orisionalitas!  

Saya tidak bicara tentang orisionalitas subyek atau topik artikel.  Sebab semua subyek bisa duangkat mendunia.  Jasad renik tak kasat mata semacam virus corona saja bisa menjadi bahasan mendunia.

Penekanan saya pada orisionalitas fokus, sudut pandang, struktur narasi, dan ekspresi kebahasaan. Semua itu menerakan signature penulis pada sebuah artikel.

Orisionalitas itulah ekspresi empatiku sebagai penulis terhadap pembaca dunia.  Sebab hanya ada satu persamaan antar pembaca sedunia: mencari  "orisionalitas".

Jadi, jika saya menulis artikel plagiat maka itu jelas tidak orisional.  Dengan begitu saya bukan saja minus empati tetapi, lebih dari itu, menghina khalayak pembaca dunia.  

Tentu saya sebagai plagiator juga menghinakan diri.  Tapi itu sudah sepantasnya, bukan?

Kembali ke tiga paragraf awal. Artikel ini bukan sajian tips menulis artikel kelas dunia.  Hanya sekadar ajakan untuk menulis artikel orisional untuk pembaca dunia.

Mungkin ada yang menukas, "Emangnye loe siape, brani-braninye ngajakin gue nulis buat dunie?"  

Jawabku, "Dang manang na ise au. Na mangalului dongan sapardalan do au.  Baen ale-ale mangarongkom angka na ringkot botoon ni portibi on." (1)

Pusing, pusing deh, loe.  Tanya sana pada orang Batak Toba, apa artinya itu.

Pokoknya begini saja: "Ayo, menulis dari Indonesia untuk dunia melalui Kompasiana!" (*)

(1) "Saya bukan siapa-siapa. Saya cuma cari teman seperjalanan. Kawan untuk menulis apa yang perlu diketahui dunia."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun