Bukan kesatu-pahaman yang menjadi hasil utama dalam belajar melainkan pengetahuan. Ada akumulasi pengetahuan pada murid tetapi sifatnya repetitif, bukan produktif. Tahu tapi tak menghasilkan sesuatu yang baru, kecuali hanya "menjadi tahu".
***
Mengapa Poltak kalah tarung kendati sudah menguasai semua gerakan dasar Kung Fu yang dilalapnya dari buku?
Jawabnya gampang. Karena dia tidak punya pengalaman latih-tanding.Â
Akibatnya dia tidak tahu kekemahan dirinya. Juga tidak terlatih membaca keunggulan dan celah kelemahan lawan. Poltak hanya tahu tapi dia tidak paham. Latih-tandinglah yang membuahkan prmahaman akan kemampuan diri dan lawan. Jadi hidung berdarah dan gigi seri goyah plus rasa malu memang adalah upah yang sepantasnya untuk Poltak.
Berkaca pada pengalamannya, Poltak risau, khawatir anaknya Tiur akan bernasib sama dengannya. Hanya tahu tapi tidak paham. Karena tidak ada "latih-tanding" lewat diskusi intensif dengan sesama mahasiswa dan dosennya.
Poltak cemas, jangan sampai anaknya menjadi pintar tapi tidak cerdas melalui perkuliahan online. Jika itu terjadi, maka perguruan tinggi hanya berfungsi sekadar pengalih pengetahuan, bukan pembentuk sains.
Semua itu memang gara-gara Covid-19. Maka tidak ada cara lain untuk memupus kecemasan Poltak kecuali patuh "di rumah aja". Agar rantai pandemi Covid-19 secepatnya terputus, sehingga anaknya bisa kuliah normal lagi.
Semoga!(*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI