Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Gagalnya Pembentukan Kesultanan Simarata di Tanah Batak

20 April 2020   09:20 Diperbarui: 20 April 2020   12:15 2571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Persebaran Belahan Sumba itu begini. Keturunan Naiambaton (Simbolon, Munte, Tamba, Saragi) mendiami pulau Samosir bagian utara. Keturunan Nairasaon (Manurung, Sitorus, Sirait, Butarbutar) menduduki daratan Uluan di seberang timur Samosir.

Sedangkan keturunan Naisuanon (Sibagotnipohan, Sipaettua, Silahisabungan, Sirajaoloan, Sirajasumba, Sirajasobu, Naipospos) menduduki wilayah Toba Holbung di selatan Danau Toba dan sebagian besar daratan seberang barat Samosir.

Kiblat politik genealogi Belahan Sumba adalah Bius Baligeraja (Balige), bius utama Sumba di Toba Holbung. Di situ Sorimangaraja, pendeta-raja dari garis Sorimangaraja yang dilanjutkan Sibagotnipohan, duduk memerintah bius. Bius adalah federasi horja, sedangkan horja adalah federasi huta (kuta, kampung).

Sekarang mengenai Belahan Lontung yang agak kompleks. Belahan ini mencakup keturunan Ilontungon (Tateabulan) dari empat “putera”-nya yaitu Sariburaja, Limbongmulana, Sagalaraja, dan Malauraja. Sebenarnya ada “putera” pertama, Raja Biakbiak atau Raja Uti, tapi (konon) “terbang” ke wilayah Barus di barat.

Saya jelaskan Limbongmulana dan Sagalaraja dulu. Dua kelompok ini, menurunkan marga-marga Limbong dan Sagala, tetap mendiami kampung leluhur, Sianjurmulamula. Mewarisi bius pertama, Bius Sianjurmulamula di situ. Bius ini kemudian disebut Bius Limbong-Sagala, di bawah kepemimpinan pendeta-raja Jonggimanaor. Ini dinasti pendeta-raja dari garis marga Limbong.

Malauraja, yang menurunkan marga induk Malau, diusir Sagala dan Limbong dari Sianjurmulamula. Konon karena membela saudaranya Sariburaja yang melakukan inses dengan saudari kembarnya, Boru Pareme. Sejak itu Malau dan marga-marga turunannya bermigrasi ke Samosir utara, bahkan menyeberang ke timur laut, ke wilayah Sidamanik sekarang.

Sariburaja, “putera” kedua, memiliki dua “putera”. Pertama, Siraja Lontung (mengambil nama kakeknya), hasil “inses” dengan Boru Pareme. Kedua, Siraja Borbor, hasil perkawinannya dengan Boru Mangiringlaut, konon putri “mahluk halus”.

Kelompok keturunan Siraja Lontung (Sinaga, Situmorang, Pandiangan, Nainggolan, Simatupang, Siregar, Aritonang) menguasai wilayah Samosir selatan. Ditambah lembah Sabulan dan lembah Muara di seberang barat Danau Toba.

Kelompok Siraja Lontung ini mendirikan bius utama di Urat, Palipi, Samosir selatan, sebagai kiblat politik genealogi seluruh wilayah Siraja Lontung. Pendeta rajanya adalah Ompu Paltiraja, dinasti yang dibangun dari garis marga Sinaga.

Akan halnya Siraja Borbor, saat dia lahir, Sariburaja ayahnya langlang buana ke Barus, konon mencari Siraja Uti (abangnya). Karena itu kelahirannya ditunggui oleh adik-adik bapaknya, Sagalaraja, Limbongmulana dan Malauraja.

Proses kelahiran Borbor yang “tanpa kehadiran ayah” lalu menuntun ibunya dan tiga saudara ayahnya mengikat padan (perjanjian) “Borbor Marsada”. Inti perjanjian itu, Borbor menjadi satu kesatuan dengan Limbong, Sagala, dan Malau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun