Akibatnya kuburan menjadi sesak. Sehingga warga asli menjadi terancam masa depannya, tidak dapat petak kubur di pekuburan kampung sendiri.
Itulah alasannya mengapa pekuburan Gang Sapi  dinyatakan "sudah penuh".  Itu untuk menjamin hak warga asli untuk dimakamkan di tanah pekuburan kampungnya sendiri.
Harus diingat juga, tanah kuburan Gang Sapi berstatus wakaf. Â Aslinya memang diperuntukkan warga asli situ.
Jadi penolakan pada jasad pendatang itu sejatinya adalah respon sosial terhadap tingginya angka kepadatan penduduk. Â Akibat pertumbuhan penduduk yang pesat di perkotaan.
Agaknya bukan hanya kampung perkotaan yang terinvolusi. Â Dunia orang mati, dunia bawah tanah, juga terinvolusi. Terlalu banyak jenazah di lahan kuburan yang terlalu sempit.
Jadi warga asli Gang Sapi bukannya anti pendatang. Mereka sangat terbuka menerima pendatang. Terutama migran sirkuler yang mengontrak kamar di rumah warga. Â Itu sumber penghasilan penting.
Andaikan ada sistem "kontrak kuburan", mungkin warga Gang Sapi tidak keberatan juga menerima jasad pendatang di kuburan kampungnya. Lumayan untuk tambahan nafkah, bukan?Â
Tapi manalah ada sistem macam itu. Susah membayangkan kontrak kuburan mingguan atau bulanan. Gimane cara?
Lantas ke mana warga pendatang di Gang Sapi dimakamkan saat ajal tiba?Â
Santuy aja. Pemerintah Jakarta sudah menyediakan sejumlah taman pemakaman umum yang luas dan asri. Tinggal pilih sesuai domisili atau minat.