Karena itu saya percaya Kompasiana juga akan setia pada perkara-perkara besar. Â Sebesar perkara K-Rewards bulanan, misalnya. Â Walaupun saya masih selalu mendapat jumlah yang kecil. Â Pasti karena saya kurang ikhtiar.
Jumat, 13 Maret 2020, seorang petugas ekspedisi mampir di depan rumah kami.Â
Tebakanku tepat. Â Bingkisan kecil dari Kompasiana datang. Â Admin Kompasiana cepat juga kerjanya. Â Salut!
Karena saya dan keluarga sedang mengurung diri di rumah, mengikuti saran Pak Jokowi untuk mencegah pandemic Covid-19 dengan cara tidak berkeliaran ke mana-mana, maka anak saya yang membuka bingkisan itu. Â
Isinya selembar kaus oblong biru muda (atau abu-abu?) bertuliskan "kompasiana", dompet kartu nama bercap "kompasianival", dan "goodie bag" bertuliskan "kompasiana".
Hebat! Lha, apa hebatnya? Â Oh, tentu saja hebat. Â Sebab saya menjadi seorang dari sejumlah kecil Kompasianer yang memiliki barang-barang itu sebagai "penghargaan" dari Kompasiana. Â
Kompasianer lain bisa saja membelinya. Â Tapi mereka mendapatkannya dengan cara "menghargai" Kompasiana. Â
Maksud saya, mereka harus membelinya. Itupun kalau boleh dibeli dan masih ada persediaan.
Sambil mencoba kaus "kompasiana" itu di badan, sekalian pamer pada isteri dan anak, saya teringat akan teori pemberian Marcel Mauss. Â Katanya, pemberian itu adalah representasi dari pemberi yang sewajarnya diimbali lebih besar oleh penerima.
Implikasinya berat. Â Namanya saja penghargaan Kompasiana untuk saya sebagai nominee Kompasiana Awards 2019. Â Tapi implikasinya, saya harus memberi imbalan yang lebih besar untuk Kompasiana.
Bentuk imbalan itu sudah pasti artikel. Â Artinya, saya wajib menulis artikel-artikel yang lebih bermutu lagi untuk Kompasiana. Bermutu seturut kapasitas saya, tentu saja.