Tapi manusia Batak, penghuni banua tonga itu tidak harus menerima pasrah pelaksanaan kuasa-kuasa dewata-dewata tinggi itu. Manusia Batak memiliki hak untuk meminta langsung, melalui tonggo-tonggo, doa khusus, kepada Mulajadi Nabolon, agar kuasa-kuasa berdampak buruk tidak ditimpakan padanya. Minta agar kuasa-kuasa berdampak baik saja yang diturunkan atas manusia.
Penciptaan Bumi, Banua Tonga
Dalam kosmologi Batak, bumi atau banua tonga adalah ciptaan Boru (Dewi) Deang Parujar, ahli tenun, salah satu putri Bataraguru.
Kisah penciptaan bumi, yang dipersepsikan sebagai Tanah Batak, berawal dari pelarian Deang Parujar dari banua ginjang. Pelarian untuk menghindari perjodohan dengan Siraja Odapodap, putra Mangalabulan, yang bersosok kadal raksasa.
Deang Parujar melarikan diri dengan cara bergelantungan pada utas benang tenun. Di ujung benang, jauh di bawah banua ginjang, dalam kegelapan, kakinya menyentuh air samudra maha luas. Itulah permukaan banua toru, tempat semayam Raja Padohaniaji dan Boru Saniangnaga.
Karena situasinya gelap gulita, Deang Parujar memohon kepada Mulajadi Nabolon untuk memberi terang. Maka jadilah terang sehingga Deak Parujar bisa melihat hamparan laut maha luas di sekelilingnya.
Untuk mendapatkan tempat berpijak, Deang Parujar kemudian memohon sekepal tanah kepada Mulajadi Nabolon. Sekepal tanah itu kemudian "ditenun"-nya menjadi sebidang tanah dayar di atas samudera.
Proses penciptaan tanah itu tidak mulus. Raja Padohaniaji, bersosok ular naga raksasa, berulang kali menciptakan gempa dengan cara menggoncangkan tubuhnya. Akibatnya tanah ciptaan Deang Parujar hancur berkeping-keping.
Tapi, dengan taktik "cinta palsu", Deang Parujar berhasil memperdaya lalu memasung Naga Padohaniaji pada sebuah tongkat sakti. Dengan begitu, Deang Parujar dapat melanjutkan "penenunan" tanah tanpa gangguan gempa. Tanah ciptaannya sedemikian luas sehingga mengubur Raja Padohaniaji di bawahnya.
Setelah tanah selesai tercipta, Deang Parujar merasa kesepian hidup sendiri di atas hamparan datar tanah kosong. Karena itu dia memohon kepada Mulajadi Nabolon agar diberi benih tanaman dan bibit hewan. Jadilah seperti itu. Maka tanah ciptaan Deang Parujar dipenuhi aneka tanaman dan hewan.Â
Deang Parujar sangat bahagia melihat hamparan tanah ciptaannya begitu indah dan semarak dengan kehidupan. Itulah yang disebut sebagai banua tonga, bumi datar yang berada di antara banua ginjang dan banua toru.