Karena Raja Lontung  adalah hasil inses maka mustahil mengawinkannya dengan pariban-nya. Pasti pamannya tidak mau terima.
Karena itu Boru Pareme menyusun siasat. Â Dia memberikan cincinnya kepada Raja Lontung dan menyuruh anaknya itu pergi ke utara Sabulan, ke arah Sianjurmulamula.Â
Pesannya, di sebuah pancuran di sana Raja Lontung akan bertemu dengan seorang gadis yang parasnya serupa Boru Pareme, ibundanya. Jika cincin itu pas dijemarinya berarti dia adalah pariban-nya. Â Maka Raja Lontung harus melamar dan menikahinya.
Raja Lontung berangkat ke perbukitan Sabulan lewat jalan berliku, sesuai petunjuk ibunya. Benar, dia menemukan sebuah pancuran di sana. Di situ sedang mandi seorang gadis yang seperti "pinang dibelah dua" dengan ibunya. Selanjutnya terjadilah tepat seperti yang dipesankan Boru Pareme, ibundanya.
Raja Lontung menikah dengan pariban-nya itu dan dikaruniai tujuh orang putra dan dua orang putri yang kini dikenal sebagai keturunan Lontung. Ketujuh putranya itu adalah Situmorang, Sinagaraja,Pandiangan, Nainggolan, Simatupang, Aritonang, dan Siregar. Dua putrinya adalah Boru Amakpandan (kawin dengan Sihombing) dan Boru Panggabean (kawin dengan Simamora).
Kedua putrinya itu diakui sebagai putra juga. Sehingga dikatakan "Lontung sisia sada ina, pasia boruna Sihombing Simamora." Artinya: (Kelompok marga-marga) Lontung sembilan satu ibu, terhitung boru-nya Sihombing (dan) Simamora.
Satu rahasia yang tak pernah diketahui Raja Lontung, sesungguhnya dia telah kawin dengan Boru Pareme, ibu kandungnya sendiri. Boru Pareme tahu bahwa Raja Lontung tidak mungkin menikah dengan pariban-nya. Dia berisiko tidak menikah sepanjang hidupnya lalu mate punu, mati tanpa keturunan, sehingga silsilahnya hilang. Â
Karena itu, Boru Pareme atas ijin "Mulajadi Nabolon" (Yang Maha Kuasa) bersalin rupa menjadi seorang gadis muda lalu, lewat jalan pintas, pergi mendahului Raja Lontung ke pancuran di perbukitan Sabulan. Demi kelanjutan keturunan Raja Lontung, Boru Pareme mengorbankan dirinya untuk kawin sumbang dengan putra kandungnya.
***
Jika merujuk mitologi atau legenda di atas maka Boru Pareme adalah perempuan Batak pertama pelaku inses. Â Langsung dua kali: pertama dengan saudara laki-laki kandungnya (Sariburaja), kedua kali dengan anak kandungnya (Raja Lontung). Tentu dengan dua alasan yang berbeda.
Pertanyaannya, benarkah Boru Pareme itu perempuan Batak pertama yang melakukan inses atau kawin sumbang?