***
Menurut mitologi Batak (Toba), Si Raja Batak, leluhur pertama yang tinggal di Sianjurmulamula  memiliki tiga orang putra. Namanya Tateabulan, Isumbaon, dan Togalaut. Orang Batak, yang mendiami Tanah Batak sekarang,  adalah keturunan Tateabulan dan Isumbaon.  Togalaut merantau ke utara, ke Aceh sekarang, membentuk komunitas Gayo dan Alas di sana.
Dikisahkan, Tateabulan menikahi "bidadari" (?) dan dikaruniai lima putra dan empat orang putri (boru). Â Diurut dari yang tertua, mereka adalah Raja Biakbiak, Sariburaja, Boru Pareme, Limbongmulana, Boru Paromas, Sagalaraja, Boru Bidinglaut, Malauraja, dan (Boru) Nantinjo. Sariburaja (putra) dan Boru Pareme (putri) adalah kakak-beradik lahir kembar.
Konon Boru Pareme saling-goda dengan Sariburaja. Â Kakak-beradik itu akhirnya saling jatuh cinta. Â Tak mampu menahan gejolak asmara, antara keduanya terjadilah hubungan badan berulang kali. Â Akibatnya Boru Pareme berbadan dua.
Mengetahui Boru Pareme hamil oleh Sariburaja, dan itu aib besar, orangtua dan saudara-saudarinya marah besar. Â Rapat keluarga memutuskan untuk membunuh Sariburaja dan membuang Boru Pareme.
Sebelum dibunuh saudara-saudaranya, Sariburaja sudah lebih dulu melarikan diri. Pengejaran oleh saudara-saudaranya  tak membuahkan hasil.  Saruiburaja makin jauh lari keluar dari Sianjurmulamula.
Boru Pareme sendiri dibuang oleh saudara-saudaranya ke sebuah hutan di selatan Sianjurmulamula, ke daerah yang sekarang dikenal sebagai Sabulan. Dengan harapan dia akan tewas dimangsa harimau di sana.
Tapi, kata pepatah, sebelum ajal berpantang mati. Â Dengan mengikuti abu tungku yang dicecerkan Boru Pareme, Sariburaja berhasil menemukan adiknya itu di hutan Sabulan. Mereka tinggal di situ layaknya suami-isteri.
Suatu hari Sariburaja menolong seekor harimau timpang berkaki tiga, "babiat sitelpang sitolu pat", untuk  mencabutkan tulang rusuk babi hutan dari kerongkongannya. Sejak hari itu harimau tersebut menjadi penjaga dan pencari nafkah (daging hewan buruan) untuk Boru Pareme dan Sariburaja.
Setelah genap bulannya, tiba harinya, Boru Pareme melahirkan seorang anak lelaki dan diberi nama Raja Lontung. Selang beberapa waktu, Sariburaja pergi langlang buana. Boru Pareme dan Raja Lontung dititipkan pada "babiat sitelpang". Â
Setelah Raja Lontung menginjak usia dewasa, Boru Pareme risau soal pasangan hidupnya. Raja Lontung sendiri sudah mulai menanyakan siapa pariban-nya, putri paman, yang selayaknya dinikahi. Â