Pada mulanya adalah ujaran "Komut rasa Dirut" dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI pada 3 Februari 2020 . Â
Itu ujaran Andre Rosiade, Anggota DPR Fraksi Gerindra untuk Basuki Tj. Purnama, Komisaris Utama PT Pertamina. (1)
Ujaran Andre lalu direspon antara lain oleh Yunarto Wijaya, pengamat politik, dengan cuitan "DPR rasa Satpol PP" lewat akun twitter @yunartowijaya (3/2/2020). Â
Itu ditujukan kepada Andre Rosiade yang ikut hadir dalam peristiwa gerebeg prostitusi online di Padang pada 27 Januari 2020. Â
Akan halnya ujaran "Komut rasa Dirut", sudah ada klarifikasi dari BTP. Katanya itu salah. Yang benar adalah "Dirut Menyaru Komut". Klarifikasi cerdas yang kocak. Case closed! (2)
Sebaliknya, cuitan "DPR rasa Satpol PP" menjalar menjadi viral meliar ke ragam penjuru dan tingkatan. Tidak saja ramai di twitter tapi juga di Youtube, media online, dan televisi.Â
Berbagai pihak dengan berbagai cara pandang dan kepentingan menyampaikan pendapat, penilaian, dan tafsir. Termasuk Andre sendiri.
Menariknya keping-keping informasi tentang kasus tersebut cenderung membangun satu kesimpulan  bahwa peristiwa gerebek prostitusi online itu adalah sebuah "skandal". Â
Skandal, suatu kejadian sosial yang merendahkan bahkan mempermalukan sejumlah pihak.Â
Karena terjadi di kamar nomor 606 Hotel Kyriad Bumiminang, maka ia bolehlah disebut "Skandal Kamar 606".
Kasus penggerebekan itu terindikasi merendahkan sedikitnya lima pihak yaitu Kota Padang, PHRI, Gerindra, DPR RI dan gender perempuan. Â
Saya akan coba tunjukkan nanti di ujung. Sebelum ke situ saya perlu sampaikan dulu narasi "Skandal Kamar 606" tersebut.
Skandal Kamar 606
Kronologi. Terlebih dahulu perlu diungkap kronologi Skandal Kamar 606. Â Informasi kronologi itu penting sebagai dasar analisis struktur skandal. Â
Kronologi ini difokuskan pada kejadian tanggal 26 Januari 2020, yaitu pada hari kejadian skandal, mulai dari pukul 05.40 WIB sampai 14.30 WIB. Â Untuk penyusunannya saya merujuk pada sejumlah pemberitaan di media online dan televisi. (3, 4, 5, 6).
Pukul 05.40 WIB.  Andre berangkat naik pesawat dari Jakarta tujuan Padang. Keperluannya  mengikuti penyampaian visi-misi Cagub Sumbar yang dihelat DPD Gerindra Sumbar. Â
Kegiatan DPD Gerindra itu dilangsungkan di hotel Kyriad Bumiminang pada hari itu pukul 09.00-19.30 WIB. Direncanakan Andre pulang ke Jakarta pada hari yang sama pukul 19.30 WIB.
(Catatan: Waktu tempuh penerbangan Cengkareng-Padang adalah 105 menit. Jika lepas landas  pukul 05.40 WIB maka diperkirakan mendarat  di Bandara Padang pukul 07.45.) Â
Antara pukul 07.45-10.00 WIB.  Bimo Nurahman, ajudan Andre booking  kamar di Kyriad Bumiminang untuk tanggal  26 Januari 2020  (check-in 14.00 WIB) sampai 27 Januari 2020 (check out  12.00 WIB).Â
Bimo booking dua kamar, nomor 606 dan 608. Untuk keperluan istirahat dan sembahyang. Pada lembar pesanan hotel tertulis nama Andre Rosiade/ Bimo sebagai pemesan kamar.
(Catatan: Dalam lembar pesanan hotel nama Andre tercetak tapi nama Bimo tulis tangan. Pemesanan menggunakan KTP Bimo Nurahman.)
Antara pukul 7.45-13.00 WIB. Â Andre Rosiade meminjam akun MiChat milik Rio, temannya. Â Andre kemudian memancing dan memesan pekerja seks komersil (PSK) di kota Padang di akun MiChat milik muncikari AS. Â
Berhasil. Tercapai kesepakatan antara Andre dengan AS: Â PSK bernama NN, harga transaksi Rp 800,000, dan tempat "bertemu" di kamar sebuah hotel di kota Padang.
(Catatan: Â Kamar hotel yang disepakati sebagai tempat "bertemu" adalah Kamar Nomor 606 di hotel Kyriad Bumiminang yang telah dipesan Andre Rosiade/Bimo sebelumnya.)
Antara pukul 13.00-14.00 WIB. Â Muncikari AS mengantar NN, PSK yang dipesan Andre, ke depan pintu Kamar Nomor 606 hotel Kyriad Bumiminang. Â Di dalam kamar sudah menunggu seorang laki-laki, seorang "warga" (W) yang tidak terungkap identitasnya.
(Catatan: Â Andre menyebut bahwa laki-laki W yang berada di dalam Kamar 606 adalah warga Padang yang melaporkan masalah prostitusi online di kota Padang.)
Antara pukul 14.00-14.30 WIB. Â Laki-laki W melakukan tawar-menawar ulang harga jasa seks dengan NN. Â Disepakati harga akhir Rp 750,000 dari semula harga kesepakatan Rp 800,000 antara AS dengan Andre (akun Rio).Â
Setelah tercapai kesepakatan harga "baru", W dan NN masuk ke dalam kamar mandi. Di situ mereka berdua melakukan hubungan badan.
(Catatan: Â Kejadian berhubungan badan antara W dan NN adalah pengakuan dari NN sendiri. Belakangan Andre menyetakan tidak terjadi hubungan badan karena kondom di kamar hotel masih utuh.)
Antara pukul 14.30-15.00 WIB. Â Sesaat setelah W dan NN selesai melakukan hubungan badan, terdengar bunyi bel pintu kamar dipencet orang. Â W segera membuka pintu. Â NN yang panik ikut di belakangnya telanjang.Â
Ketika pintu dibuka, di mulut pintu berdiri polisi, wartawan dengan sorot kamera, dan Andre Rosiade. Â NN lari ke kamar mandi karena malu telanjang. Â Pria W dibawa polisi keluar dari dari Kamar 606. Polisi menahan NN dan muncikari AS sebagai tersangka pelaku prostitusi online.
(Catatan: Laki-laki W tidak ikut ditahan, tidak diubgkap identitasnya, dan tidak pernah disebut sebagai salah seorang pelaku prostitusi online dengan status pemakai jasa seks.)
Struktur skandal. Ada empat kelompok yang berperan dalam Skandal Kamar 606 yaitu pemakai jasa seks online, penjaja jasa seks online, kepolisian daerah dan pers. Â
Kelompok pemakai jasa seks online, berdasar pemberitaan, adalah Andre Rosiade dan jaringannya. Â Dalam jaringan tersebut ada Rio yang meminjamkan akun MiChat untuk dipakai Andre memesan jasa PSK Online. Â
Lalu ada Bimo yang memesan Kamar 606 Hotel Kyriad Bumiminang sebagai tempat "transaksi seksual". Â Juga ada laki-laki W yang melakukan "hubungan badan" dengan NN di kamar mandi hotel (Kamar 606).
Jika diperhatikan relasi status sosial antar individu dalam kelompok pemakai ini, maka Andre berada pada status tertinggi. Â Rio, Bimo, dan W semuanya secara sosial berstatus "di bawah" Andre. Â Artinya ketiga orang itu berpotensi tunduk pada "perintah" Andre.Â
Ini menjadi dasar untuk menyimpulkan bahwa Andre adalah seorang "aktor intelektual" yang merekayasa Skandal Kamar 606 atau kasus penggerebekan PSK Online di Padang. Â
Kelompok penjaja seks online adalah muncikari AS dan anggota jaringan PSK-nya antara lain NN yang terlibat dalam Skandal kamar 606.
Kepolisian daerah adalah tim Polda Sumbar yang melakukan "penggerebekan" setelah mendapatkan informasi tentang "tindak prostitusi" Â di Kamar 606 Hotel Kyriad Bumiminang. Â Kabid Humas Polda Sumbar mengatakan informasi tersebut diperoleh dari Andre sebagai warga pelapor.
Kelompok pers adalah para juruwarta yang meliput dan menyebar-luaskan kasus penggerebekan prostitusi online di Kamar 606 Kyriad Bumiminang. Â
Menurut Andre insan pers hadir di hotel itu karena kebetulan meliput kegiatan penyampaian visi-misi cagub Sumbar oleh DPD Gerindra Sumbar. Artinya, terbuka kemungkinan Andre "membocorkan" aksi penggerebekan itu kepada para wartawan yang hadir di hotel tersebut.
Jika melihat struktur Skandal Kamar 606 di atas, dan menempatkannya pada kronologi kasus, maka terdapat kecenderungan bahwa Skandal Kamar 606 itu adalah sebuah "rekayasa" dan Andre Rosiade cenderung tampil sebagai "aktor intelektual" atau tokoh utama perekayasa kasus tersebut.
Bunuh Diri Politik?
Sukar dihindari untuk menyimpulkan Skandal Kamar 606 punya muatan politik. Â Bukan sebuah kebetulan pada hari yang sama di hotel yang sama dilangsungkan penyampaian visi-misi cagub oleh DPD Gerindra Sumbar. Â
Bukan sebuah kebetulan pula jika Andre sendiri sempat digadang DPP Gerindra sebagai salah seorang bakal calon gubernur Sumbar. Â
Agaknya Andre, dengan Skandal Kamar 606, semula bermaksud menanam saham politik di Kota Padang atau Sumbar umumnya. Â Untuk itu dia langsung masuk pada isu sensitif secara moral dan agama yaitu prostitusi. Â
Dia bermaksud menunjukkan bahwa Padang sudah masuk "darurat prostitusi online". Â Ini harus diberantas, tidak bisa didiamkan. Menurut Andre, jangan sampai kota Padang kena gempa dan tsunami lagi (karena kebejatan moral yang merebak).
Tapi bukannya mendapat simpati apalagi dukungan, Andre sebaliknya mendapat kecaman keras dari berbagai pihak, termasuk dari DPP Gerindra sendiri. Â
Juga ada sindiran tajam dari pihak PKS (Tifatul Sembiring), pesaing berat Gerindra dalam Pilgub Sumbar 2020 mendatang.
Bisa dikatakan Andre Rosiade sebenarnya sedang melakukan "bunuh diri politik" untuk dirinya sendiri. Skandal Kamar 606 itu telah menciutkan dukungan politik untuk Andre, sekalipun dia menjadi tenar karena menjadi sorotan media untuk beberapa saat.
Penciutan dukungan politik terjadi karena Skandal Kamar 606 telah mempermalukan dan merendahkan sejumlah pihak.
Pertama, Kota Padang telah direndahkan oleh klaim Andre tentang merebaknya prostitusi online di kota itu.  Ini menimbulkan kesan umum bahwa Padang kini adalah kota maksiat. Ini berpotensi  menurunkan simpati orang Padang kepada Andre.Â
Padahal kasus prostitusi online tidak hanya terjadi di Padang. Â Di semua kota besar di Indonesia ada jaringan prostitusi online. Â Ini bukan masalah Kota Padang saja. Â Ini masalah Indonesia. Â
Kedua, kelompok pengusaha khususnya PHRI di Kota Padang meresa didiskreditkan. Â Seolah-olah hotel-hotel di Padang adalah tempat prostitusi online. Â Padahal Andre yang melakukan rekayasa sehingga terjadi penggerebekan PSK Online di hotel Kyriad Bumiminang. Â Â
Andre berpotensi kehilangan dukungan dari kelompok pengusaha di kota Padang khususnya.
Ketiga, Partai Gerindra sendiri merasa dipermalukan oleh Skandal kamar 606 hasil rekayasa Andre. Â Karena itu DPP Gerindra telah meminta maaaf secara terbuka kepada khalayak atas kejadian itu.Â
Selain akan memanggil Andre untuk mempertanggungjawabkan kejadian itu, Â DPP Gerindra juga mengurungkan niat untuk mencalonkan Andre sebagai Cagub Sumbar.
Keempat, DPR sendiri melalui Mahkamah Kehormatan Dewan  (MKD) berencana untuk memanggil Andre untuk mempertanggungjawabkan Skandal Kamar 606.  Ada indikasi bahwa kasus itu merendahkan kehormatan dan martabat DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat.Â
Masalahnya Andre sebagai anggota DPR mestinya konsisten bekerja di bidang legislatif dan pengawasan, tidak merambah ke urusan judikatif dan eksekutif.
Kelima, melalui Skandal Kamar 606 Andre telah mempermalukan atau merendahkan martabat perempuan. Â Â
Menggerebek seorang perempuan, walaupun dia PSK, dalam kondisi telanjang, dan menyebarkannya ke ruang publik, adalah sebuah tindakan barbar.  Itu sama saja dengan tindakan "main hakim" massa mengarak  pasangan selingkuh telanjang bulat di jalanan desa. Â
Bukan hanya harga diri NN yang terluka tapi juga harga diri perempuan Indonesia umumnya. Â Andre berpotensi kehilangan dukungan politik dari kaum perempuan. Â
Sebagai anggota DPR Komisi VI, Andre seharusnya lebih peduli pada kebijakan dan program pembangunan ekonomi nasional, termasuk Sumatera Barat. Â Bukan mengurusi persoalan mikro prostitusi online di kota Padang. Â
Lagi pula penggerebekan sebuah rekayasa "prostitusi online" tidak dengan sendirinya membuktikan bahwa Padang sudah darurat prostitusi online.  Itu hanya membuktikan bahwa Andre sukses memesan jasa seks di Padang  melalui aplikasi MiChat. Â
Satu hal yang perlu diingat, menangkap seorang PSK Online tidak akan memberantas habis transaksi jasa seks secara online oleh ribuan PSK Online lainnya. Â Â
Tapi mentransformasi seorang PSK (Pekerja Seks Komersil) menjadi seorang PSM (Pekerja Sosial Masyarakat), oleh seorang anggota DPR RI misalnya, itu "sesuatu banget".
Demikian catatan saya, Felix Tani, petani mardijker, bingung dengan logika "pesan, main, gerebek" yang digunakan seorang anggota DPR untuk membuktikan "darurat prostitusi online".(*)
Â
Rujukan:
(1) Â Â "Singgung Ahok, DPR: Jangan Ada Komut Rasa Dirut di Pertamina", tempo.co (3/2/2020).
(2) Â Â "Ahok Disebut Komisaris Rasa Dirut Pertamina, Ini Kata Wamen BUMN", kompas.com, Â 6/2/2020.
(3) Â Â "Penjelasan Andre Rosiade Soal Penggerebekan Tersangka PSK di Padang", youtube.kompastv.com, 6/2/2020.
(4) Â Â "Gaduh Gerebek PSK Online di Padang", youtube.kompastv.com, 5/2/2020.
(5) Â Â "PSK yang Dijebak Andre Rosiade: Kenapa Aku Dipakai Dulu Baru Digerebek", suara.com, 4/2/2020.
(6) Â Â "Gerebek PSK Ala Andre Rosiade Dinilai Berlebihan", youtube.metrotvnews.com, Â 10/02/2020.
Â
Â
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H