Dini hari yang dingin. Saat Engkau lahir dalam gulita malam bersuluh Bintang Timur. Air mataMu tumpah dalam rupa hujan lebat beriring guruh dan petir.
Itu hujan air mataMu. Â Membasuh darah bayi-bayi suci korban ketakutan Herodes akan kuasaMu. Â Dua ribu tahun lalu di tanah Judea yang gersang kasih.
Itu hujan air mataMu. Â Membasuh dunia dari dosa dan buahnya. Â Menjadi air sumber hidup abadi bagi siapa yang meminumnya.
Hujan dini hari dalam gulita malam ini adalah air mataMu untukku. Â Aku si anak hilang yang takut pulang ke rumahMu. Sebab darahMu tumpah dari salib karena salahku. (*)
Jakarta, 25 Desember 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H