Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Sudut Kolonial di Tanah Merdeka Sukamandi

14 Desember 2019   04:46 Diperbarui: 14 Desember 2019   13:35 1004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pohon baobab Afrika di komplek SHS Sukamandi (Dokumentasi Pribadi)

Sudut Kolonial
Memasuki emplasemen SHS Sukamandi, suasana perkebunan kolonial langsung terasa. Di tengah emplasemen terhampar tanah lapang luas.

Di sekelilingnya tegak rimbun pohon-pohon trembesi tua. Ditanam pada tahun 1920-an akhir. Seiring pembukaan Onderneming Soekamandi.

Tanah lapang emplasemen dikelilingi pohon trembesi tua dan rumah-rumah peninggalan Onderneming Soekamandi (Dokumentasi Pribadi)
Tanah lapang emplasemen dikelilingi pohon trembesi tua dan rumah-rumah peninggalan Onderneming Soekamandi (Dokumentasi Pribadi)
Di sebelah timur tanah lapang, berdiri tegak pohon baobab Afrika, setempat disebut asem buto atau Ki Tambleg, berusia seratusan tahun. Pohon baobab tua seperti ini hanya ada di bekas perkebunan P & T di Subang.

Pohon baobab Afrika di komplek SHS Sukamandi (Dokumentasi Pribadi)
Pohon baobab Afrika di komplek SHS Sukamandi (Dokumentasi Pribadi)
Menghadap tanah lapang, dipisahkan jalan komplek, rumah-rumah tua berdiri mengeliling. Rumah-rumah itu dulu dihuni pejabat kebun P &T, mulai dari tuan kebun, asisten kebun, kerani, mandor, sampai kuli.

Ukuran rumah menunjukkan posisi di perusahaan. Tuan kebun atau administratur tinggal di rumah paling besar. Asisten kebun, kerani, dan sinder di bawahnya. Sampai tipe terkecil untuk kuli kebun.

Tipe rumah petinggi kebun kolonial, sekarang rumah direksi SHS (Dokumentasi Pribadi)
Tipe rumah petinggi kebun kolonial, sekarang rumah direksi SHS (Dokumentasi Pribadi)
Sekarang juga masih begitu. Rumah-rumah besar ditinggali Direksi SHS. Ukuran sedang untuk General Manajer. Di bawahnya manajer dan asisten manajer. Lalu rumah terkecil untuk pegawai rendah.

Tentu, selain melestarikan rumah-rumah tua itu, kini SHS membangun juga rumah-rumah modern dan wisma untuk pegawainya. Bangunan rumah kolonial dan modern kini bercampur di sana.

Tipe rumah karyawan kebun kolonial, sekarang didiami karyawan SHS (Dokumentasi Pribadi)
Tipe rumah karyawan kebun kolonial, sekarang didiami karyawan SHS (Dokumentasi Pribadi)
Masuk ke zona belakang komplek, di bagian utara, segera tampak bangunan-bangunan tua bekas pabrik sisal P & T. Tetengernya adalah cerobong asap terbuat dari bata merah di bagian depan. Tingginya kurang-lebih 30 meter.

Cerobong itu dulu menjadi saluran pembuangan asap bakaran untuk perebusan serat sisal pada tahap degumming. Bekas tungku pembakaran ada di arah utara cerobong.

Sayang, tungkunya sudah rusak dan penuh semak. Tidak dipelihara.

Bekas cerobong pabrik sisal dengan latar depan tungku perebusan (Dokumentasi Pribadi)
Bekas cerobong pabrik sisal dengan latar depan tungku perebusan (Dokumentasi Pribadi)
Di arah timur cerobong, terdapat bangunan-bangunan tua bekas gudang pabrik sisal. Konstruksinya khas bangunan gudang kolonial. Sekarang satu bangunan digunakan SHS sebagai gudang benih padi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun