Aku akan ceritakan di sini, secara ringkas saja. Siapa tahu ada manfaatnya. Sekurangnya mungkin bisa membuat suka hati orang yang senang melihat orang kena derita.
Ora HL Ora NT Ora Problem!
Kompasianer verifikasi biru wajib menjadi panutan dalam penulisan artikel bermutu. Inilah harapan yangdisematkan oleh umumnya Kompasianer pada subyek verifikasi biru.
Suatu harapan yang terlalu tinggi. Tidak selayaknya. Kompasianer verikasi biru juga manusia biasa. Seperti umumnya Kompasianer. Tak sudi diborgol oleh harapan berlebih dari khalayak. Tetap ingin menulis karya picisan untuk menyenangkan diri.
Maka verifikasi biru itu bagiku adalah pangkal derita. Â Karena aku adalah penganut "mashab anarkisme" dalam kepenulisan. Â Pantang terikat pada kaidah-kaidah penulisan baku yang diajarkan di sekolah. Â Juga pada tips yang ditawarkan dalam buku teks dan artikel teknik penulisan atau di kursus kepenulisan.
Rumusku dalam kepenulisan sederhana saja. Â Tuliskan apa saja dengan cara apa saja sepanjang itu logis,etis dan (mudah-mudahan) estetis. Tidak perlu pusing dengan misalnya pilihan kata, gaya bahasa, Â struktur kalimat, atau alur tulisan. Terlalu memikirkan hal-hal teknis seperti itu bisa membuat orang tak pernah bisa menuliskan kata pertama.
Mashab anarkisme itu, betul saja, membuat banyak tulisanku di Kompasiana terlempar ke tong HL (Hanya Lewat). Alias tidak kena label Artikel Pilihan, apalagi Head Line (sekarang Artikel Utama). Terutama seri tulisan "Humor Revolusi Mental".Â
Khalayak pembaca berharap artikel bermutu (Pilihan, Artikel Utama) dariku. Tapi aku menyajikan artikel picisan untuk mereka.Â
Tarik-menarik antara keinginan pembaca dan keinginan pribadi ini adalah derita bathin tersendiri. Ikut maunya pembaca, juga Admin Kompasiana, atau mauku sendiri?
Untungnya seorang anarkis bisa menemukan cara untuk mengatasi perang bathin semacam itu. Cukup dengan tag "Ora HL ora NT ora problem!" Â (HL, Head Line; NT, Nilai Ternggi). Beres sudah.Â
Aku tak perduli dengan semua harapan orang itu. Â Aku menulis semauku saja. Mau HL, mau NT, mau "numpang lewat aja", aku tak perduli. Â Pokoknya, menulis itu harus senang.