Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pak Anies, Ayo Jadikan Jalan Thamrin Taman Kota

27 Mei 2019   14:10 Diperbarui: 28 Mei 2019   09:16 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Jalan Thamrin, di depan Gedung Bawaslu, saat Demo 22 Mei 2019 (Foto: iNews.id)

Pemandangan Jalan Thamrin hari Minggu, 26 Mei 2019, sungguh menakjubkan. Lengang dan bersih. Karena masih ditutup pasca-demonstrasi protes hasil Pilpres 2019 di depan Gedung Bawaslu. Saya sempat iseng berdiri aman di tengah jalan menatap ke arah istana di utara. Serasa bukan berdiri di tengah Jakarta, mengingat riuhnya jalan ini dengan kendaraan bermotor pada hari-hari "normal".

Saya, bersama keluarga, sebenarnya kebetulan saja terdampar di sana. Naik MRT yang "nyess" dari Stasiun Blok A Kebayoran Baru, maksudnya hendak nyambung ke moda Transjak dari Stasiun Bundaran HI ke Stasiun Harmoni. Dari Harmoni nyambung Transjak ke Pasar Baru. Maksudnya mau mondar-mandir di pertokoan "Passer Baroe".

Tapi karena kurang cek info, bahwa Jalan Thamrin masih ditutup, jadilah terdampar di Bundaran HI. Lihat-lihat situasi lengang. Sampai mendadak timbul ide gila di benak.

Suasana Jalan Thamrin, di depan Gedung Bawaslu, saat Demo 22 Mei 2019 (Foto: iNews.id)
Suasana Jalan Thamrin, di depan Gedung Bawaslu, saat Demo 22 Mei 2019 (Foto: iNews.id)
Ide gila yang saya maksud adalah menutup Jalan Thamrin selamanya. Lalu dijadikan jalur taman kota di antara hutan beton di jalur itu. Tidak perlu seluruh ruas Jalan Thamrin. Cukup mulai dari Bundaran HI sampai Perempatan Sarinah. Kurang lebih sepanjang 1.3 kilometer.

Coba kita bayangkan. Ada taman penuh pepohonan dan aneka bunga warna-warni sepanjang 1.3 kilometer terhampar di antara tegakan gedung-gedung tinggi yang membosankan.

Jalur taman itu akan menjadi oase sempurna terutama bagi para pekerja yang sarat tekanan di dalam gedung-gedung tinggi itu. Dia bisa menjadi tempat melepas stress kerja, istirahat, kerja "tanpa-kantor", cengkerama, atau tempat ngobrolin bisnis secara informal. 

Tentu bukan hanya dimanfaatkan para pekerja di gedung-gedung Jalan Thamrin. Taman itu juga terbuka untuk umum. Saya yakin, jika diwujudkan, "Taman Thamrin" akan menjadi landmark terkemuka di Jakarta. Menjadi ikon metrolpolitan Jakarta.

Lokasi ini sungguh strategis menjadi Taman Kota. Mudah dijangkau dari banyak penjuru. Di bawah tanahnya sudah ada Stasiun MRT. Di kedua ujungnya ada halte bus Transjakarta. Kurang apa lagi?

Biaya pembangunannya? Tidak perlu khawatir. Tidak harus membebani APBD Jakarta dan APBN. Cukup dengan menggalang dana partisipasi dari instansi-instansi, badan-badan/lembaga-lembaga, dan perusahaan-perusahaan pemilik bangunan di sepanjang Jalan Thamrin itu. Tentu dengan skema penggalangan dana yang legal.

Pak Ahok semasa menjadi Gubernur Jakarta sudah pernah melakukan skema seperti itu untuk membangun jembatan lingkar Semanggi. Jadi sudah ada preseden, bukan?

Apakah tidak akan mengganggu kelancaran arus lalu-lintas? Tidak. Asalkan ditata-ulang dengan benar. Kendaran bisa dialihkan ke jalan-jalan di belakang gedung-gedung sepanjang Jalan Tahamrin, di sebelah barat dan timur.

Kemacetan di depan Sarinah, Jalan Thamrin Jakarta (Foto: TMC Polda Metro/okezone.com)
Kemacetan di depan Sarinah, Jalan Thamrin Jakarta (Foto: TMC Polda Metro/okezone.com)
Tinggal sekarang berharap pada Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta. Apakah Pak Anies punya cukup "kegilaan" untuk mewujudkan ide "Taman Thamrin yang "out of the box" itu?

Saya pikir Pak Anies perlu sedikit revolusioner dalam memimpin Jakarta. Jangan cuma berkutat pada upaya pemenuhan janji kampanye, atau hanya melanjutkan "diam-diam" ikhtiar Gubernur terdahulu atau cuma menagih komitmen proyek pembangunan oleh Pemerintah Pusat.

Pak Anies perlu sebuah karya monumental untuk dikenang. Itulah "Taman Thamrin". Mestinya tidak sulit untuk diwujudkan. Tinggal membayar konsultan untuk merancangnya. Minta dukungan wakil rakyat. Lalu memperjuangkan proposalnya untuk diterima Pemerintah Pusat. Prosedur seperti ini tidak sulitlah untuk orang sekaliber Pak Anies.

Seoullo 7017, Kota Seoul Korea Selatan (Foto: industry.co.id/hypebeast)
Seoullo 7017, Kota Seoul Korea Selatan (Foto: industry.co.id/hypebeast)
Bencmark-nya bisa mengambil Seoul Sky Garden, atau Seoullo 7017 di jantung kota Seoul. Sepanjang 1 km bekas jembatan layang yang dibangun tahun 1970 di sana telah dialih-fungsikan menjadi taman kota sejak 2017 karena tidak dipakai lagi. Disainnya dibuat oleh studio MVRDV Belanda. Taman layang ini kini menjadi favorit warga kota.

Oh ya, kalau Jalan Thamrin nanti dijadikan taman kota, tolong kantor Bawaslu dipindahkan dari sana. Takutnya ada demo lagi, sayang tamannya rusak diinjak-injak massa pendemo.

Itu saja gagasan gila untuk Jakarta dari saya, Felix Tani, petani mardijker, peduli Jakarta walaupun sehari-hari berkubang lumpur sawah.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun