Memilih capres/cawapres tertentu semata karena tuntunan emosi, semisal karena merasa seiman, Â sesuku, seras, atau segolongan adalah cerminan ketak-cerdasan politik.
Lebih tak cerdas lagi secara politik jika pilihan atas capres/cawapres dituntun oleh "arahan orang lain" Â atau "bujukan serangan fajar". Â Itu namanya menyerahkan hak politik yang "tak ternilai harganya" kepada orang lain dengan imbalan yang "menghinakan diri" atau setidaknya "menghina kecerdasan sendiri.
Dengan dua soal ujian "Kecerdasan Politik" di atas, datanglah besok Rabu 17 April 2019 ke TPS Â terdekat. Â Gunakanlah hak pilih secara cerdas.
Maksud saya, jangan masuk ke ruang pencoblosan, apabila belum menentukan pilihan capres/cawapres melalui proses pengambilan keputusan yang dituntun kecerdasan politik.
Saya harus katakan bahwa masa depan NKRI yang ber-Pancasila dan ber-UUD 1945 sepenuhnya ditentukan oleh kejujuran setiap warga negara pemilih untuk menggunakan hak pilihnya secara cerdas dalam Pilpres 2019 ini.
Begitu saja dari saya, Felix Tani, petani mardijker, tidak takut datang ke TPS Pilpres 2019 untuk menggunakan hak pilih secara cerdas.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H