Mata yang sehat adalah mata yang melihat warna-warni alami. Sebab yang alami itu jujur dan yang jujur itu menyehatkan jiwa raga.
Pasar tradisional adalah salah satu tempat ideal memanjakan mata dengan warna-warni alami yang indah. Saya pikir, semua warna-warni alami ada tersaji di situ.
Tamasya warna ke pasar tradisional mungkin tak lazim dipikirkan orang. Sebab biasanya orang datang ke sana untuk belanja sembako. Mungkin sambil berpikir, "Seratus ribu rupiah bisa beli apa?"
Tapi ini adalah zaman yang menuntut kreativitas. Setiap potensi, sekecil apapun itu, harus dimanfaatkan seoptimal mungkin.Â
Sebab jika "tempe setipis kartu ATM" saja bisa dimanfaatkan sebagai amunisi kampanye, mengapa kekayaan warna-warni di pasar tradisional tak bisa dioptimalkan sebagai obyek tamasya yang menyehatkan?
***
Obyek tamasya warna di Pasar PSPT berada di lantai dasar (basement). Lantai tempat berjualan aneka sayuran, bumbu-bumbuan, buah- buahan, biji-bijian (beras, jagung, kekacangan), serta ikan dan daging.
Saya tak membicarakan los ikan dan daging di sini. Karena tempat itu lebih cocok untuk tamasya bau-bauan.
Tamasya warna alami bisa dinikmati di blok atau los pedagang sayuran, bumbu-bumbuan, buah-buahan, dan biji-bijian.
Setidaknya ada dua kelompok warna yang dapat dinikmati di sana. Pertama kelompok warna sejuk dengan variasi warna putih, hijau, sampai ungu. Kedua kelompok warna hangat dengan variasi warna coklat, kuning, oranye, sampai merah.
Jika ingin menikmati warna sejuk maka kunjungilah los pedagang sayuran. Di situ bisa dinikmati warna alami sawi dan lobak yang keputih-putihan, kangkung dan bayam yang hijau, hingga terung dan bit yang keungu-unguan.
Sebaliknya di los buah-buahan juga ada warna-warna sejuk seperti warna hijau alpukat dan pisang mentah, juga warna ungu anggur.
***
Mata warga kota besar cenderung "sakit" karena sepanjang hari pandangannya membentur gradasi monokrom kota.Paling bagus hanya bisa memandang warna-warni buatan, bukan alami, dari mobil-mobil dan baliho di jalanan.Â
Tapi di mana letak nikmatnya melihat warna-warni mobil dalam kondisi macet? Apalagi jika ada mobil merah menyala tiba-tiba menyerobot jalan di depan Anda?
Pergi tamasya ke pantai atau gunung tak selalu ada waktu dan biaya. Lagi pula ke pantai hanya akan melihat gradasi warna biru. Ke gunung hanya akan melihat gradasi warna hijau. Lagi-lagi monokrom.
Maka pergilah ke pasar tradisional terdekat, arena segala warna alami yang menyehatkan. Â Anda tidak perlu membayar serupiah pun untuk menikmati semua itu.
Begitu saja saran dari saya, Felix Tani, petani mardijker, terbilang produsen warna-warni alami hasil bumi.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H