Kelemahan petani kita, mereka hanya bisa menjual produk segar, bukan olahan. Alangkah bagusnya jika pemerintah bersungguh-sungguh memberdayakan petani di bidang pengolahan hasil pertanian.
Apel afkir yang dibuang itu sebenarnya masih bisa diolah menjadi keripik apel, cuka apel, bahkan pupuk organik jika busuknya parah. Buah naga yang turun mutu secara selektif juga masih bisa diolah menjadi bahan sirup, atau sekurang-kurangnya menjadi pupuk organik. Cabai rusak juga bisa diolah menjadi cabai kering atau cabai bubuk.
Masalahnya petani belum memiliki modal, teknologi, dan keahlian untuk mengolah hasil pertanian sendiri. Padahal nilai tambahnya paling tinggi di situ. Tugas pemerintahlah, dan juga para pegiat hortikultura, untuk memberdayakan petani di bidang pengolahan hasil.
Satu pertanyaan yang agak sulit dijawab, mengapa aksi membuang-buang produk pertanian segar itu diviralkan pas pada momen kampanye Pilpres 2019? Artikel ini adalah artikel ekonomi, bukan politik, Jadi, silahkan dianalisis sendiri.
Demikian catatan dari saya, Felix Tani, petani mardijker, pantang membuang hasil pertanian.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H