Sedangkan motif perahu, berisi kalung emas (wea) dan anting (riti), adalah teks budaya yang mengisahkan pelayaran leluhur Ende-Lio yaitu orang India dari Malaka.
Di Tanah Batak ada kain tenun Ulos Jugia yang sudah langka.  Struktur dan motif ulos ini sejatinya adalah teks kosmologi orang Batak.  Jugia terdiri dari lima bagian yang disatukan. Sisi kanan dan kiri disebut ambi, penanda bahwa semua yang ada di dunia ini ada batasnya.Â
Bagian tengah (badan) disebut tor dengan motif garis ganjil (disebut honda), menyatakan bahwa walaupun dunia ada batas, tapi yang "ganjil harus digenapi", artinya ikhtiar untuk maju dan bertumbuh.
Lalu di Tana Toraja ada misalnya kain tenun dengan motif Pa'tedong, kepala kerbau.  Ini merupakan teks budaya yang melambangkan kekuatan, kemakmuran, dan kebangsawanan dalam masyarakat hukum adat Toraja. Â
Kerbau merupakan bagian integral dari inti budaya agraris Toraja, pertanian sawah, sekaligus pengukur tingkat kemakmuran dan kebangsawanan. Â Tanpa kerbau maka tak ada panggung budaya Toraja.
Itu beberapa contoh untuk menunjukkan bahwa selembar kain tenun tradisi, dalam kelompok etnik manapun di nusantara ini, adalah lembar teks budaya yang bersifat spesifik.
***
Jika krisis suksesi pemangku tenun tradisi tak terpecahkan, dalam arti tidak ada regenerasi, maka niscaya tradisi menulis teks budaya pada selembar kain tenun akan punah. Â Kain tenun akan menjadi semacam "naskah kuno" yang tidak diproduksi lagi.
Gejala itu sudah mulai terasakan pada kasus Ulos Jugia Batak.  Ulos ini hanya bisa ditenun oleh parpitu lili, penenun dengan tingkatan tertinggi.  Jumlahnya di Tanah Batak tinggal hitungan jari, dan sudah tua semua, sehingga ulos itu kini sudah tergolong kain langka.
Sebenarnya sudah ada sejumlah lembaga non-pemerintah yang memprakarsai pelestarian tenun nusantara.  Sebut misalnya Yayasan Toba Tenun untuk pelestarian tenun ulos Batak.  Gema Alam NTB untuk pelestarian tenun Lombok.  Tapi sejauh mana lembaga-lembaga itu mampu mendorong regenerasi pemangku tenun tradisi, masih menjadi pertanyaan juga.