Faktanya sekarang, di tanah Batak sana telah terjadi penggundulan hutan yang diyakini berdampak turunnya debit air sungai dan surutnya permukaan air Danau Toba. Â Hutan gundul menjadi landas pacu yang bagus untuk angin melaju kencang ke Danau Toba dan menimbulkan ombak dan badai yang mampu menenggelamkan kapal di sana.
Orang Batak kemudian saling berbisik, Boru Saniangnaga marah.  Tapi sampai di situ saja rupanya.  Tidak ada "pertobatan sosial".  Hutan tetap ditebangi, mata air tak dipelihara, air Danau Toba tetap dicemari.  Proses kreasi bencana alam tetap berlangsung di sana.
Itulah sedikit perkenalan tentang Boru Saniangnaga, juga sedikit tafsir atas eksistensinya, dari saya Felix Tani, petani mardijker yang memerlukan aliran air dari dewi air.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI