Secara morfologis, dari segi bentuk tubuhnya, jika diperhatikan baik-baik, gorga boraspati pada rumah adat Batak itu lebih menggambarkan Boraspati ni Tano alias bengkarung ketimbang cicak. Figur itu terlalu "kuat" untuk menggambarkan hewan cicak.
Dari sisi mitologi orang Batak, figur itu juga lebih mungkin sebagai Boraspati ni Tano. Dikisahkan dalam mitos asal-usul orang Batak, bahwa kakek buyut Si Raja Batak (Orang Batak Pertama) yaitu Dewa Si Raja Odap-odap ternyata berwujud ilik (bengkarung).
Menurut mitologi, Si Raja Odap-odap menikah dengan Si Boru Deak Parujar, Dewi pencipta tanah (bumi). Dari keturunan pasangan Dewa-Dewi inilah, tepatnya pada generasi kelima, katanya dilahirkan manusia Batak Pertama yang dikenal sebagai Si Raja Batak. (Sebenarnya "Si Raja Batak" itu nama suatu komunitas kecil yang pertama kali bermukim di Tanah Batak, diperkirakan di Desa Sianjurmula-mula, Samosir).
Jadi, secara morfologis dan mitologis, figur kadal pada ornamen rumah Batak itu lebih tepat disimpulkan sebagai figur bengkarung atau ilik, sebagai wujud salah satu "Kuasa Roh Agung" dalam kepercayaan asli (paganisme) orang Batak.
Simbol Kesuburan, Kemakmuran dan Dunia Bawah Tanah
Dalam tonggo--tonggo (doa) tetua adat atau dukun, saat mendoakan kegiatan awal musim tanam agar membuahkan hasil melimpah, atau saat mendoakan pembangunan rumah atau pembukaan kampung baru agar menjadi tempat penuh berkah, salah satu nama Kuasa Roh Agung yang disebut (dipanggil) adalah Boraspati ni Tano.Â
Dua nama Kuasa Roh Agung lainnya yang selalu disebut adalah Mulajadi Na Bolon (Awal-mula Yang Agung, Maha Pencipta) dan Boru Saniang Naga (Dewi Saniang Naga). Boru Saniang Naga, digambarkan berwujud ular, adalah Dewi Air, yang memerintah kuasa-kuasa air, sehingga bersifat menentukan nafkah petani (irigasi) dan nelayan (ombak besar, taufan).Â
Artinya, bengkarung atau ilik sebagai perwujudan Dewa Tanah memiliki kuasa "bawah tanah" yang bersifat menentukan kesuburan tanah.
Artinya, bagi orang Batak yang berprofesi petani, kuasa Boraspati ni Tano sangat diharapkan untuk menjamin keberhasilan usahatani (gabe na niula, sinur pinahan, hasil bumi melimpah, ternak beranak-pinak).Â
Figur Boraspati ni Tano itu kemudian diterakan pada ornament (gorga) rumah adat Batak, sebagai simbol bahwa rumah tersebut terberkati dan, dalam konteks orang Batak agraris, usahataninya menghasilkan buah melimpah. Ternaknya pun beranak-pinak.Â