Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi| Pecandu

24 September 2018   11:06 Diperbarui: 24 September 2018   16:15 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi: ohayo.co.id

Pada hari ulang tahunnya yang  keempat-belas, putri semata wayangku lenyap terserap oleh hadiah ulang-tahunnya yang ketiga-belas.  Oleh segenggam telepon pintar yang telah merampas kata-kata dari bibir ceriwisnya.

Putriku telah bersalin serupa burung prenjak yang pandai mencuit setiap saat di dalam telepon pintarnya.  Tak mampu ku mengerti senada cuitpun.

Pada hari hari ulang-tahunnya yang keempat-puluh, istri semata wayangku turut lenyap terserap oleh hadiah ulang-tahunnya yang ketigapuluh-sembilan.  Oleh segenggam telepon pintar yang telah merampas kata-kata dari bibir cerewetnya.  

Istriku telah bersalin serupa burung cucakrowo yang pandai mencuit setiap saat di dalam telepon pintarnya. Tak mampu ku mengerti senada cuitpun.

Pada hari ulang tahun pernikahan kami yang keempatpuluh-satu, di suatu pagi yang riuh cuitan, ku dapati istriku dan putriku berloncatan saling cuit dengan burung-burung asing di reranting pohon mangga depan rumah kami.

"Ayah kenapa, Bunda?" ku dengar putriku mencuitkan tanya.  "Kelihatannya ayahmu perlu ke rumah sakit jiwa, Nak," ku dengar istriku mencuitkan jawab.

"Terimakasih Tuhan, akhirnya ku mengerti juga bahasa cuit istri dan putriku," syukurku sebelum tersungkur jatuh ke dasar jurang gulita.***

Jakarta, 24 September 2018

Dengan catatan: Maaf, sedang belajar nulis puisi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun