Pada bagian pertama tulisan ini, saya sudah paparkan bahwa 15 tahun masa Gubernur Sutiyoso hingga Fauzi Bowo (1997-2012) tidak menghasilkan program berdampak positif bagi selokan Gang Sapi. Kecuali, membebaskan warga menjadikannya sebagai tempat buang sampah favorit.
Barulah pada masa Gubernur Jokowi/Ahok/Jarot selokan Gang Sapi ditangani signifikan, sehingga kondisinya menjadi terawat layaknya sarana sanitasi.
Endapan atau tumpukan sampah nyaris tak terlihat lagi di selokan. Masukan polutan dari selokan itu ke Kali Mampang pun berkurang drastis.
Apa yang telah dilakukan Jokowi/Ahok/Jarot? Itulah yang akan saya paparkan secara ringkas pada bagian ini.
Dua: Masa kegubernuran Jokowi/Ahok/Jarot (2012-2017)
Ketika duet Jokowi-Ahok terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta pada 2012, mereka langsung dihadapkan pada salah satu "penyakit parah menahun" Jakarta: banjir!
Hasil analisis menunjukkan salah satu penyebabnya adalah pendangkalan selokan dan sungai akibat endapan dan tumpukan limbah atau sampah.
Maka solusinya sederhana: bersihkan selokan dan sungai dari endapan dan tumpukan sampah.
Itulah dasar untuk sebuah program yang tak disukai sebagian pemukim di bantaran kali dalam era Gubernur Jokowi/Ahok/Jarot: normalisasi sungai Jakarta.
Tidak disukai karena program itu berimplikasi penggusuran terhadap sejumlah titik pemukiman yang ada di bantaran. Untuk menyediakan ruang kosong guna menampung limpahan banjir. Di samping juga untuk keperluan pembangunan jalan inspeksi.
Dari sekian banyak sungai, Kali Mampang adalah salah satu obyek normalisasi sungai di Jakarta.