Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Studi Kasus Selokan Gang Sapi di Jakarta (Bagian Kedua)

29 Agustus 2018   14:06 Diperbarui: 29 Agustus 2018   16:54 2604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situasi Gang Sapi Jakarta suatu sore, Jumat 24 Agustus 2018 (Dokpri)

Pada bagian pertama tulisan ini, saya sudah paparkan bahwa 15 tahun masa Gubernur Sutiyoso hingga Fauzi Bowo (1997-2012) tidak menghasilkan program berdampak positif bagi selokan Gang Sapi. Kecuali, membebaskan warga menjadikannya sebagai tempat buang sampah favorit.

Barulah pada masa Gubernur Jokowi/Ahok/Jarot selokan Gang Sapi ditangani signifikan, sehingga kondisinya menjadi terawat layaknya sarana sanitasi.

Endapan atau tumpukan sampah nyaris tak terlihat lagi di selokan. Masukan polutan dari selokan itu ke Kali Mampang pun berkurang drastis.

Apa yang telah dilakukan Jokowi/Ahok/Jarot? Itulah yang akan saya paparkan secara ringkas pada bagian ini.

Dua: Masa kegubernuran Jokowi/Ahok/Jarot (2012-2017)

Ketika duet Jokowi-Ahok terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta pada 2012, mereka langsung dihadapkan pada salah satu "penyakit parah menahun" Jakarta: banjir!

Hasil analisis menunjukkan salah satu penyebabnya adalah pendangkalan selokan dan sungai akibat endapan dan tumpukan limbah atau sampah.

Maka solusinya sederhana: bersihkan selokan dan sungai dari endapan dan tumpukan sampah.

Itulah dasar untuk sebuah program yang tak disukai sebagian pemukim di bantaran kali dalam era Gubernur Jokowi/Ahok/Jarot: normalisasi sungai Jakarta.

Tidak disukai karena program itu berimplikasi penggusuran terhadap sejumlah titik pemukiman yang ada di bantaran. Untuk menyediakan ruang kosong guna menampung limpahan banjir. Di samping juga untuk keperluan pembangunan jalan inspeksi.

Dari sekian banyak sungai, Kali Mampang adalah salah satu obyek normalisasi sungai di Jakarta.

Selain penggusuran sebagian bangunan di bantaran Kali Mampang, khususnya di ruas Pondok Jaya, pelaksanaan program itu terintegrasi dengan "normalisasi selokan".

Termasuk, di situ normalisasi selokan Gang Sapi. Maksudnya, mengembalikan fungsi selokan sebagai sarana sanitasi untuk kebersihan dan kesehatan lingkungan pemukiman.

Bukan justru menjadikannya tempat buang sampah, sehingga menjadi sumber bibit penyakit, dan awal musabab banjir.

Maka pemerintahan Jokowi/Ahok kemudian membangun sebuah sistem penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU) kota. Sistem ini terdiri dari tiga komponen utama yaitu petugas, peralatan, dan serta peran warga.

Komponen petugas ditandai dengan kehadiran satu pasukan yang kini terkenal dengan sebutan "Pasukan Oranye", sesuai kelir seragam kerjanya.

Ini semacam pasukan cepat-tanggap khusus menangani masalah-masalah terkait prasarana dan sarana umum. Nama formalnya Petugas PPSU Jakarta.

Berstatus pekerja harian lepas (PHL) dengan gaji setara UMR Jakarta, tim PPSU dibentuk di tingkat kelurahan. Mereka dibagi ke dalam sejumlah kelompok kecil dan bekerja menurut aturan "shift" (pagi---sore---malam).

"Pasukan Oranye" inilah yang dalam masa ke-Gubernur-an Jokowi/Ahok/Jarot rutin menangani selokan Gang Sapi. Setiap hari kerja ada saja petugas PPSU yang bertanggung jawab atas kerapihan dan kebersihan selokan itu.

Inilah yang mereka lakukan pada selokan Gang Sapi: menyapu sampah di gang, mengangkat sampah dari selokan, mengangkat endapan lumpur, memperbaiki tembok selokan yang roboh, hingga mengangkut sampah untuk dibuang ke TPS.

Untuk melakukan kegiatan itu, mereka dilengkapi dengan peralatan memadai. Antara lain sekop, cangkul, serokan, sapu lidi, dan golok.

Tapi kelengkapan yang paling top adalah gerobak sampah bermotor roda tiga. Bukan lagi gerobak tenaga manusia, seperti pada masa sebelumnya.

Bukan hanya itu. Ada kalanya juga petugas PPSU datang "patroli" dengan truk mini (pick-up). Tidak hanya memantau, tapi juga mengambil dan mengangkut sampah yang ditemukan di Gang Sapi.

Petugas PPSU, dengan truk mini atau gerobak bermotornya, memang menjadi lebih cepat dan luas geraknya. Juga lebih manusiawi, karena tak perlu lagi tukang sampah menyeret gerobak yang "overload", layaknya seekor sapi menghela pedati sarat muatan.

Tak heran jika selokan Gang Sapi kemudian selalu tampil bersih dari limbah padat dan lancar alirannya. Dengan begitu jumlah polutan di Kali Mampang berkurang drastis. 

Resultan dari selokan-selokan bersih itulah yang antara lain mengurang risiko banjir akibat tumpukan sampah padat di sungai.

Dengan begitu, kebersihan selokan Gang Sapi ikut menyumbang pada berkurangnya titik dan luasan banjir di Jakarta pada masa kegubernuran Jokowi/Ahok/Jarot.

Kehadiran rutin "Pasukan Oranye" dengan kelengkapannya ternyata mendorong peran aktif warga Gang Sapi. Warga lebih tertib membungkus sampahnya untuk kemudian dimasukkan ke gerobak sampah bermotor yang datang satu atau dua kali dalam seminggu.

Tidak ditemukan lagi warga yang sengaja buang sampah ke selokan. Selain ada kepastian kehadiran gerobak sampah, warga juga tidak nyaman ditegur petugas PPSU, kalau kepergok buang sampah sembarangan.

Petugas PPSU juga harus disiplin kerja. Kalau tidak, aduan warga lewat aplikasi Qlue bisa menjadi nilai minus untuk petugas, bahkan juga bagi lurah. Apalagi jika ketakbecusan petugas PPSU sampai ke telinga Gubernur Ahok.

Boleh dibilang, sistem penanganan prasarana dan sarana umum yang dibangun Jokowi/Ahok/Jarot bekerja dengan baik di Gang Sapi. Ditandai bersihnya gang itu dan selokannya dari tebaran ataupun endapan sampah.

Fungsi sanitasi selokan Gang Sapi berhasil dipulihkan sehingga tidak lagi menjadi sumber bau dan bibit penyakit. Fungsi pengendali banjir juga pulih, karena tak menyumbang limbah padat lagi ke Kali Mampang.

Kondisi baik itu bertahan sampai penghujung 2017, atau pada awal masa Gubernur DKI Jakarta yang baru, Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Tapi memasuki tahun 2018, keadaan mulai berubah. Sampah padat mulai terlihat lagi di dalam selokan Gang Sapi.

Apa gerangan yang terjadi dalam pemerintahan Anies-Sandi, sehingga kondisi selokan Gang Sapi menunjukkan tanda-tanda memburuk?

(Bersambung ke Bagian Ketiga)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun