Saya pikir, setelah lulus kuliah Sistem Hukum Pedesaan, relasi saya dengan Bu Ihromi sudah selesai pada status mantan dosen-mahasiswa.
Ternyata saya salah. Selang beberapa waktu kemudian, tahun 1998, Ibu Ihromi mengundang saya ke sebuah rapat di BPHN Jakarta. Rupanya itu rapat tim penelitian tentang kedudukan wanita dalam hukum waris masyarakat hukum adat Batak Toba. Saya dimintai tolong untuk ikut dalam tim, dan itu terlalu berharga untuk ditolak.
Menurut Bu Ihromi, karena sudah lulus kuliah Sistem Hukum Pedesaan, dan punya latar-belakang ilmu sosiologi pedesaan, maka saya pasti bisa memberi sumbangan signifikan untuk penelitian itu. Â Saya tidak menilainya sebagai pujian, tapi ujian.
 Maka saya ditugaskan untuk melakukan penelitian langsung ke masyarakat Batak Toba di Tapanuli Utara. Saya mewawancarai sejumlah informan kunci, tokoh adat dan janda tua, untuk mendapatkan data di sejumlah desa di daerah Uluan (Lumbanjulu) dan Toba Holbung (Porsea dan Balige).
Pulang dari Toba, saya menuliskan laporan penelitian tentang hak waris janda dalam masyarakat hukum adat Batak Toba. Saya tidak tahu apakah laporan itu sudah sesuai harapan Ibu Ihromi. Yang saya tahu, saya telah berusaha meneliti dan menulis laporan sebaik mungkin.
Hasil Penelitian Harus Dipublikasi
Sekali lagi saya keliru mengira hubungan dengan Ibu Ihromi telah selesai. Â Setelah urusan penelitian agak terlupakan, tiba-tiba suatu hari tahun 1999 saya dimintai tolong Ibu Ihromi untuk menulis ulang laporan penelitan yang saya susun menjadi artikel untuk dipublikasikan dalam sebuah buku bunga rampai yang yang disunting oleh E.K. Masinambow (LIPI).
Tentu saja saya merasa sangat terhormat diminta Ibu Ihromi menyumbang satu artikel di buku itu. Maka saya tulis artikel yang diminta dengan sepenuh hati, dan saya serahkan kepada beliau setelah selesai. Â
Ketika buku itu terbit tahun 2000, saya baru tahu bahwa itu adalah buku yang disusun dalam rangka ulang tahun ke-70 Ibu Ihromi. Judulnya, "Hukum dan Kemajemukan Budaya,  Sumbangan Karangan untuk Menyambut HUT ke-70 Prof.Dr. TO Ihromi"(Yayasan Obor Indonesia, 2000). Penyumbang  adalah kolega dan muridnya, termasuk saya yang paling "kroco".
Saya sendiri tak yakin mutu artikel itu. Tapi seorang rekan senior, Guru Besar Antropologi di Universitas Negeri Medan cum aktivus LSM sempat menelepon saya bertanya kok seorang sosiolog bisa menulis artikel antropologi. Saya tegas jawab, karena jasa Ibu Ihromi.
***