Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Politik Kali Item Jakarta

25 Juli 2018   22:07 Diperbarui: 25 Juli 2018   22:20 1293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kali Item di bawah waring item (Foto: liputan6.com)

Pemasangan waring, yang akan dilengkapi tanaman merambat dan mungkin lampu warna-warni, sejatinya bukan solusi atas masalah mendasar Kali Item.

Masalah dasar adalah pencemaran dari limbah industri tahu dan rumahtangga sepanjang kali. Ini yang seharusnya ditangani Anies. Entah itu dengan cara membangun IPAL komunal untuk industri tahu rakyat, pengendaluan limbah rumah tangga, atau pendisiplinan petugas PPSU di Kali Item.

Targetnya adalah menekan buangan limbah ke badan kali, sehingga mutu air membaik dan tidak berbau lagi.  Dengan begitu, tidak perlu pasang waring 720 meter dengan biaya Rp 581 juta. Bahkan Anies sudah berpikir mereplikasi pe-waring-an itu di kalu yang lain.

Sejatinya, dalam kasus ini, Anies sedang berpolitik dengan menggunakan pola "strawman argument", argumen orang-orangan jerami. Dia lari dari masalah sesungguhnya yaitu "pencemaran kali", dan menciptakan masalah baru berupa "bau kali", lalu bertempur mati-matian menaklukkan ruapan "bau" itu.

Perhatikan segala upaya yang dilakukan adalah untuk mengatasi ruapan bau, demi kenyamanan atlet Asian Games (bukan warga sekitar). Mulai dari teknologi "nano buble" sampai akhirnya waring yang menutup kebusukan air kali.

Bagi Anies, tidak penting sekarang mengatasi sumber bau. Yang penting adalah mengatasi bau, karena itulah yang dengan cepat bisa dikapitalisasi untuk kepentingan politiknya. Jika atlet Asian Games nyaman, maka nilai plus untuk Anies.

Itu sebabnya Anies terlihat kesal pada pers lokal yang terus-menerus menyorot pewaringan Kali Item, sehingga media asing ikut-ikutan menyoroti juga.  Sorotan media asing itu merugikan citra Anies. Karena  dunia internasional jadi tahu  gubernur Ibukota Negara RI ternyata lebih suka "menyembunyikan sampah di bawah tikar".

Tapi itulah politik, "the art of the possible", dengan penekanan pada "possible"  dalam kasus Kali Item. Ringkasnya, jika pewaringan kali bisa menjadikan Anies "pahlawan penakluk bau", apa salahnya dilakukan? Apalagi jika pewaringan itu mendegradasi citra positif pemerintah terdahulu.

Begitulah politik Kali Item hari-hari ini menurut saya, Felix Tani, petani mardijker pecinta kali bersih.***  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun