Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tuan Guru Bajang, Mutiara dari Timur

16 Juli 2018   09:33 Diperbarui: 16 Juli 2018   09:43 930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi selfie dengan TGB di Pantai Kuta Lombak (Foto: lombokita.com)

Kedua, bahwa ujaran "TGB ditekan dengan kasus divestasi PT NTT" dan "TGB ditawari peluang cawapres bagi Jokowi" adakah fiksi, bukan fakta.  Artinya tidak ada data empiris yang sahih, setidaknya sampai saat ini, yang mendukung kesimpulan seperti itu.

Itulah sebabnya saya bilang kedua ujaran itu dimaksudkan untuk mendiskreditkan TGB di hadapan massa pendukungnya. Dengan begitu, harapan para politisi oposisi, TGB kehilangan kharisma dan menjadi kartu mati jika misalnya menjadi pendukung atau  cawapres bagi Jokowi.

Konsisten dengan upaya pendiskreditan itu,  sekarang ada upaya mengecilkan arti TGB untuk konteks Pilpres 2019. Misalnya dengan mengatakan basis dukungan  TGB di NTB kecil, atau alih haluan seorang TGB tak mempengaruhi kekuatan kubu oposisi. Padahal sebelumnya TGB disebut sebagai faktor penting.

Alasan sebenarnya mengapa TGB harus mengumumkan secara terbuka dukungannya pada Jokowi, saya kira, sudah terang tersirat dari niatannya yaitu demi "kemaslahatan bangsa, umat , dan akal sehat".

Tafsirnya,  pertama,  TGB menilai kepemimpinan Presiden Jokowi dalam 4 tahun ini berjalan di rel yang benar, yaitu menuju peningkatan kemaslahatan bangsa dan umat. Tidak ada pengibulan,  pembohongan,  indikasi Indonesia bubar, dan pemihakan pada asing/aseng, seperti sinyalemen politisi senior kubu oposisi.  

Tentu TGB tiba pada penilaian itu berdasar pengalamannya dalam pembangunan di NTB selama empat tahun terakhir, dibanding ke tahun-tahun sebelumnya.  

Karena itu, secara akal sehat, memang TGB tidak melihat alasan yang masuk akal untuk mendukung gerakan  #2019GantiPresiden.  

Kedua, sebagai konsekuensi dari kebijakan yang telah memaslahatkan umat dalam empat tahun terakhir, TGB agaknya sudah tiba pada batas "kemuakan moral" terhadap gejala devaluasi agama menjadi sekadar instrumen politik untuk meraih ambisi berkuasa, bukan demi kemaslahatan bangsa dan umat.

Terkait "kemuakan moral" itu, saya pikir ada  nada kemarahan, sat TGB mengingatkan para politisi agar berhenti  menggunakan ayat-ayat perang dalam rangka Pilpres 2019.   Bangsa kita memang  tidak sedang menuju perang, tapi sedang menyambut pesta demokrasi.

Sangat  jelas kiranya,  bagi TGB mendukung Presiden Jokowi yang sudah terbukti membangun kemaslahatan  bangsa dan umat untuk dua periode adalah kemenangan akal sehat.  

Ya, akal sehat TGB yang sungguh jernih, sejernih kilau mutiara laut asli Lombok. Atau TGB sendirilah mutiara itu, sebutir Mutiara dari Timur, untuk kemaslahatan bangsa dan umat.

Begitu pandangan saya, Felix Tani, petani mardijker, yang tidak kenal TGB.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun