Makna pertama disambar antara lain oleh Yusril Ihza M. Kalau baju kotak-kotak bisa menaikkan Jokowi jadi presiden, maka kaus juga bisa mengganti presiden. Begitu kurang lebih respons Yusril dan itu kurang mencerminkan kecerdasannya yang tinggi, saya kira. Sebab, bukan jenis atau motif pakaian yang menentukan keterpilihan seseorang menjadi presiden, atau kejatuhannya, tetapi kualitas pribadinya, khususnya integritas dan profesionalitasnya. Misalkan Yusril yang pakai kemeja motif kotak-kotak waktu Kampanye Pilpres 2014, apakah dia akan naik menjadi presiden?
Lalu, makna kedua, "kaus punya presiden" sehingga tagarnya bisalah diplesetkan jadi #2019GantiPresidenKaus. Bukankah ini sebuah fiksi cerdas yang kocak? Jokowi mengajak rakyat tertawa gembira untuk mengganti Presiden Kaus tahun 2019. "Witty" semacam ini menandakan Jokowi sangat sehat secara psikologis, walau bobot badannya di bawah 90 Kg. Itu sebabnya dia mampu menunggang chopper, dan juga kuda, sebenarnya.
Dengan kritik ini, sejatinya saya sedang mengapresiasi kesungguhan RG mengritik pemerintahan Jokowi. Saya pikir, RG adalah satu dari segelintir warga negara ini yang masih mampu berpikir kritis. Karena itu kritiknya tetap ditunggu, tapi mungkin lebih baik bila tak didasarkan pada predisposisi negatif terhadap subjek atau obyjek kritik.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H