Kembali ke Perayaan Paskah di Monas. Saya khawatir itu akan menjadi semacam "preseden" untuk kemudian melaksanakan Perayaan Natal di Monas bulan Desember nanti. Jika hal itu terjadi, maka gejala festivalisme keagamaan menurut saya telah semakin nyata.
Dalam festivalisme itu ibadah bukan lagi ditujukan pada Tuhan, tapi ditunjukkan pada "orang lain".  Implikasinya, agama kehilangan nilai teleologisnya sebagai sumber inspirasi, lalu muncul  nilai baru sebagai saluran aspirasi sosial. Kalau sudah begitu, apa bedanya agama dengan partai politik?***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H