Ironisnya, para pendemo itu pasti  tahu  ada seseorang yang digadang-gadang sebagai "tokoh besar" tapi "melarikan diri" dari tanggungjawab hukum, dan tak kunjung pulang dari Timur Tengah  ke Indonesia. Absurdnya,  orang tersebut justru menuntut keadilan ditegakkan  untuknya, tapi dia sendiri tidak berani secara kasatria menghadapi pengadilan. Bukankah  orang seperti ini lebih pantas didemo?
Memang jalan hidup Pak Ahok adalah sebuah ironi. Sepanjang karirnya menjadi Gubernur DKI, seluruh energinya dicurahkan untuk mengadministrasikan keadilan sosial, khususnya bagi masyarakat lapis bawah  Jakarta.
Tapi, dulu, justru himpunan bagian warga dari lapis bawah yang dibelanya itulah  yang berdemo untuk memasukkan Pak Ahok ke penjara. Sekarang bagian warga itu juga tampaknya yang berdemo menolak Pak Ahok mencari keadilan bagi dirinya.
Jadi, setelah semua pengorbanannya untuk rakyat Jakarta. Juga,  setelah semua program pembangunan yang dijalankannya kini dilanjutkan Pak Anies secara "malu-malu". Ternyata  masih ada kelompok warga yang terkesan melarang Pak Ahok memperjuangkan keadilan bagi dirinya.
Tentulah ada tokoh-tokoh tertentu di belakang kelompok pendemo itu. Â Maka ada sebuah pertanyaan, kapan tokoh-tokoh tersebut mau menjadi Guru bagi warga lapis bawah? Mengajar mereka menjadi manusia sejati yang bermartabat, bukan "wayang orang" yang memainkan skenario politik. Mengajar mereka untuk bertindak jujur, Â bebas dari kepentingan promordialistik, Â bebas dari kecurigaan dan ketakutan yang diciptakan sendiri? ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H