Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pak Ahok Dilarang Menuntut Keadilan untuk Dirinya?

26 Februari 2018   21:04 Diperbarui: 26 Februari 2018   21:13 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ironisnya, para pendemo itu pasti  tahu  ada seseorang yang digadang-gadang sebagai "tokoh besar" tapi "melarikan diri" dari tanggungjawab hukum, dan tak kunjung pulang dari Timur Tengah  ke Indonesia. Absurdnya,  orang tersebut justru menuntut keadilan ditegakkan  untuknya, tapi dia sendiri tidak berani secara kasatria menghadapi pengadilan. Bukankah  orang seperti ini lebih pantas didemo?

Memang jalan hidup Pak Ahok adalah sebuah ironi. Sepanjang karirnya menjadi Gubernur DKI, seluruh energinya dicurahkan untuk mengadministrasikan keadilan sosial, khususnya bagi masyarakat lapis bawah  Jakarta.

Tapi, dulu, justru himpunan bagian warga dari lapis bawah yang dibelanya itulah  yang berdemo untuk memasukkan Pak Ahok ke penjara. Sekarang bagian warga itu juga tampaknya yang berdemo menolak Pak Ahok mencari keadilan bagi dirinya.

Jadi, setelah semua pengorbanannya untuk rakyat Jakarta. Juga,  setelah semua program pembangunan yang dijalankannya kini dilanjutkan Pak Anies secara "malu-malu". Ternyata  masih ada kelompok warga yang terkesan melarang Pak Ahok memperjuangkan keadilan bagi dirinya.

Tentulah ada tokoh-tokoh tertentu di belakang kelompok pendemo itu.  Maka ada sebuah pertanyaan, kapan tokoh-tokoh tersebut mau menjadi Guru bagi warga lapis bawah? Mengajar mereka menjadi manusia sejati yang bermartabat, bukan "wayang orang" yang memainkan skenario politik. Mengajar mereka untuk bertindak jujur,  bebas dari kepentingan promordialistik,  bebas dari kecurigaan dan ketakutan yang diciptakan sendiri? ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun