Kedua mempelai kemudian "diulosi" (diberi ulos) oleh orang tua Kahiyang (selaku "mora", pemberi mempelai wanita), sebagai simbol berkat agar jiwa-raga pasangan mempelai nenjadi hangat, kuat, dan sehat-sejahtera.
Dilanjutkan dengan upacara "mangupa-upa", pemberian restu oleh pihak "mora" ( Siregar) tang disimbolkan oleh "indahan na las dohot dengke sitio-tio" (nasi hangat dan lauk ikan). Dalam adat Mandailing, makanan ini ditambah dengan rendang ayam utuh, telur ayam rebus, udang, jahe, garam. Ini semua òadalah simbol berkat agar keluarga pasangan Bobby-Kahiyang selalu hangat, kompak, bijak, bahagia, sukses, dan sejahtera.
Pernikahan pangeran dan putri
Dengan penabalan gelar Sutan Kumala Abdul Rahman untuk Bobby dan Namora Pinayungan Hasayangan untuk Kahiyang, maka pasangan itu resmi secara adat sebagai pasangan "pangeran" dan "putri". Kendati konteksnya bukan kerajaan yang punya wilayah dan rakyat seperti Sultan pada Keraton Yogyakarta, tapi "Raja Huta" atau marga pertama yang membuka dan memimpin kampung asal di masa lalu. Dalam kasus Bobby, berarti Raja Gunung Baringin Nasution. Artinya, pernikahan adat Bobby-Kahiyang adalah pernikahan "pangeran" dan "putri" dari "harajaon" Gunung Baringin.
Penabalan gelar itu, sejatinya bukan untuk gagah-gagahan, tapi pernyataan penghargaan komunitas hukum adat Gunung Baringin Nasution kepada "mora" mereka, dalam hal ini Presiden Jokowi.Â
Melalui "horja godang", yang melibatkan seluruh raja adat Batak Mandailing, dan organisasi sosial adat Mandailing, maka upacara pernikahan adat "Pangeran-Putri" Bobby Kahiyang telah menjaga pamor kedua belah pihak, yaitu keluarga besar Pak Jokowi selaku Presiden dan keluarga Raja Gunung Baringin Nasution khususnya, masyarakat hukum adat Batak Mandailing umumnya.
Maka tidak berlebihan untuk menduga "horja godang" pernikahan adat Bobby-Kahiyang, sebagaimana diumumkan oleh bunyi "gordang sembilan", adalah pesta adat nikah terbesar sepanjang sejarah Batak. Sebab inilah untuk pertama kalinya sebuah pernikahan putra Batak dijalankan dengan pranata terlengkap, dukungan organisasi masyarakat hukum adat terlengkap, dan dengan durasi terlama.
Besok (26/11/2017) rangkaian upacara akan ditutup dengan kirab pengantin keliling Medan, menggunakan kereta kencana. Pesta menjadi pesta rakyat, dan ini untuk pertama kalinya terjadi dalam sejarah Batak. Kereta kencana bukan perangkat pernikahan adat raja-raja Batak.
Mengingat "horja godang" nikah adat Bobby-Kahiyang ini adalah peristiwa terbesar sepanjang sejarah Batak, maka ada baiknya didokumentasikan dengan baik. Terlalu sayang jika hanya menjadi tontonan sesaat saja. Setidaknya, saya berharap ada yang bisa membukukannya, sebagai sebuah rujukan budaya pernikahan adat Batak Mandailing.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H