Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dua Pengalaman Budaya, Jamuan Batak dan Jawa

10 Agustus 2017   05:22 Diperbarui: 11 Agustus 2017   16:31 2552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu sahutan "Amen" bergemuruh menutup doa, kelompok-kelompok tetamu langsung berlomba-lomba menyantap makanan yang terhidang di depannya. Semua makan pakai tangan langsung, dengan teknik raup, bukan umput. Kelompok yang makanannya habis, berteriak minta tambah pada "parhobas".

Jamuan Jawa Solo

Jamuan Jawa Solo yang menjadi kasus di sini adalah jamuan pesta nikah sepupuku, asli Solo. Bagaimana orang Toba bisa punya sepupu orang Solo, itu cerita lain.

Cerita yang menarik adalah jamuan cara USDEK alias "Piring Terbang" yang saya alami dalam pesta itu. USDEK yang dimaksud bukan haluan negara a'la Soekarno yaitu UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia. Tetapi urutan saji dalam jamuan yaitu Unjukan, Sop, Daharan, Es Krim, dan Kondur.

Urutan makan semacam itu yang persis saya alami di Wisma Batari Solo, mulai tepat pukul 19.00 dan selesai tepat pukul 21.00. Sebelum pukul 19.00 tetamu sudah uduk manis di kursi-kursi yang ditata mengapit meja-meja. Di atas meja diletakkan gelas-gelas minum, perangkat utama U(njukan) yang sudah dituangi teh manis.

Setelah pasangan pengantin dan orangtua mereka duduk di pelaminan, dan rentetan kata-kata sambutan dan doa, mulailah tahap Unjukan, segelas teh manis. Para "sinom" datang membagikan kue coklat dan sosis solo sebagai teman unjukan. Selang berapa lama kemudian dibagikan lagi, secara estafet, Sop hangat sebagai penggugah selera. Isinya berupa potongan sayur, sosis, dan bakso.

Setelah sejenak jeda, sambil menikmati sajian lagu-lagu dari grup organ tunggal, datanglah Daharan, makanan utama yang ditunggu-tunggu. Sepiring nasi dengan lauk bola-bola daging plus sayuran. Piring-piring bersiliweran di barisan duduk tetamu. Itu sebabnya disebut "pring terbang".

Seusai makan besar, datanglah Es krim plus puding lengkap dengan vla. Suhu dingin "pencuci mulut" ini memang jitu memberi rasa nyaman dalam perut yang sudah kenyang.

Setelah semua urutan USDE itu, pengantin maju ke pintu keluar gedung. Tetamu beranjak dari kursi masing-masing lalu beriring menyalami kedua mempelai, untuk selanjutnya pulang, Kondur. Sehingga lengkaplah USDEK.

Muatan Nilai Budaya

Pada cara jamuan orang Batak di atas, yang menonjol adalah nilai kesetaraan, kebersamaan dan keadilan. Semua tamu duduk di atas tikar yang sama dan makan makanan yang sama, tanpa pandang status sosial. Inheren di situ adalah kebersamaan dan keadilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun