Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Orang Batak Terlibat USDEK di Solo

8 Agustus 2017   16:55 Diperbarui: 9 Agustus 2017   03:39 938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak berapa lama, setelah sedikit jeda ngobrol, datanglah sajuan S(op). Memang benar hangat, nikmat di kerongkongan, mengalir ke lambung. Sebenarnya hanya berisi potongan sayur dan bakso. Entah kenapa kok ya...nikmat rasanya. Sekali lagi, karena lapar?

Tandas sop, haha hehe kiri kanan, salaman dan fotoan dengan mempelai, datanglah D(aharan), sajian utama, sepiring nasi lengkap dengan lauk dan sayurannya. Piring dialirkan berantai dari ujung ke ujung kursi. Itu sebabnya, agaknya, sehingga disebut "piring terbang".  Yang mengesankan dari daharan ini adalah  bola-bola daging yang lembut, enak di mulut.  Sebenarnya porsinya sedang, tapi ternyata bikin perut penuh.

Seusai makan besar, ada jeda agak lama, sambil mendengarkan lantunan lagu-lagu dari grup organ tunggal. Nikmat makan dihibur lagu, tapu akan lebih nikmat lagi kalau lagu-lagunya bukan lagu-lagu pop nasional, tapi keroncong atau langgam atau sekurangnya campursarilah. Weh, gratiisan tapi nuntut.

Tiba-tiba para "sinom" datang membawa tampa berisi E(s krim) dan puding dingin. Tiba saatnya makanan penutup, "cuci mulut" dengan "yang dingin-dingin legit".  Memang nikmat di mulut, kerongkongan, sampai lambung. Hawa gerah karena mesin pendingin yang kedodoran serasa terusir.

Seusai es krim ludes, pasangan manten diarahkan perias maju ke pintu depan. Daat K(ondur) sudah tiba rupanya. Tetamu berdiri lalu berbaris keluar menyalami pengantin, untuk kemudian pulang ke rumah dengan perut kenyang hati senang.

Disiplin, itu kesan pertama saya tentang USDEK ini. Mulai tepat pukul 19.00, berakhir tepat pukul 21.00, tepat 2 jam. Tetamu sudah hadir sebelum pukul 19.00. Sebagai penghormatan pada tuan rumah dan pengantin. Selain, kalau terlambat datang, pasti akan kehilangan U,  US, USD, atau USDE, sehingga hanya dapat K untuk keterlambatan terparah.

Adil, itu kesan kedua. Semua tamu dapat jenis dan porsi sajian yang sama. Lelaki dewasa, perempuan, dan anak-anak mendapat porsi yang persis sama. Bedakan dengan cara makan resepsi Batak dulu, yang memungkinkan Si Rakus mendapat porsi terbesar.

Egaliter, ini kesan ketiga. Tidak ada tamu VIP atau VVIP. Semua tamu duduk sama rendah di kursi yang sama, makan makanan yang sama, tanpa membedakan status sosial. Tidak seperti di resepsi prasmanan Jakarta yang diskriminatif, karena ada ruang VIP atau VVIP.

Efisien, kesan keempat. Nyaris tidak ada makanan yang berlebih, apalagi terbuang. Jumlah makanan sudah dihitung persis, sesuai jumlah undangan. Bedakan dengan prasmanan yang sampai turah-turah.

Sehat, itu kesan kelima. Pola USDEK itu mengikuti aturan urutan makan yang sehat a'la Eropah. Dimulai dari minuman hangat dan kue-kue kecil dan kemudian sop hangat sebagai pengondisian lambung sekaligus penggugah selera. Baru kemudian datang makanan utama, lalu ditutup dengan es krim untuk menyamankan lambung. Semua dalam jumlah dan jarak waktu makan yang terukur. Sungguh sehat.

Jika ada yang terasa kurang, itulah kealpaan sosialisasi. Sebab semua tamu hanya duduk sebagai "penonton" yang diberi makan enak. Interaksi hanya dengan tetangga kiri, kanan, depan, belakang, yang biasanya adalah pasangan, kerabat,atau tetangga kita juga. Memang selalu ada kekurangan di samping banyak kelebihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun