Benih Dasar itu kemudian dibiakkan dan menghasilkan turunan ketiga yang disebut Benih Pokok (Stock Seed). Kelas Benih Pokok ini dimiliki dan ditangkarkan lagi oleh perusahaan-perusahaan penangkaran benih, misalnya BUMN PT Sang Hyang Seri. Hasilnya adalah kelas Benih Sebar (Extension Seed) yang didustribusikan kepada petani untuk dibudidayakan.
Nasi yang kita makan sehari-hari pada umumnya adalah hasil pembudidayaan kelas Benih Sebar oleh petani.
Kembali pada penjelasan. Misalkan sebutir nasi yang terbuang itu tadinya adalah sebutir Benih Pokok.
Sebutir Benih Pokok itu, jika ditanam, akan tumbuh menjadi serumpun padi dengan, katakanlah, 5 anakan potensil. Tiap anakan menghasilkan gabah 100 butir gabah kualitas Benih Sebar per malai, sehingga total dihasilkan 500 butir Benih Sebar. Jumlah butir dihitung rendah, hanya 100 butir, karena kriteria seleksi benih yang ketat, untuk menjamin kemurnian dan daya tumbuh.
Jika 500 butir Benih Sebar itu ditanam, maka akan dihasilkan 375,000 butir gabah kelas padi konsumsi, disebut Gabah Kering Panen (GKP).  Cara hitungnya: 500 benih x 5 anakan x 150 butir gabah per malai. Jumlah butir per malai pertanaman padi konsumsi lazimnya lebih besar  karena tidak ada faktor seleksi.
Selanjutnya, jika berat per 1000 butir GKP adalah 30 gram, maka berat total 375,000 GKP itu adalah 11.25 kg.  Jika dikonversikan ke GKG (gabah kering giling) dengan pengali 86.02% maka diperoleh hasil 9.68 kg  GKG. Dikonversikan ke beras, dengan pengali 62.74%, hasilnya adalah 6.07 kg beras.
Rata-rata orang Indonesia sekarang menurut data BPS Â menghabiskan 114 kg beras per tahun. Jadi jumlah 6.07 kg beras itu sama dengan 5.32% konsumsi beras per orang per tahun.
Setelah mendapatkan angka 6.07 kg beras itu, maka jelas terlihat betapa dahsyat potensi hidup yang dikorbankan  sebutir nasi. Masuk akal bila orangtua tempo dulu "cerewet" menasihati anaknya agar jangan membuang sekalipun hanya sebutir nasi.
Terakhir, ketiga, penjelasan sosiologis, khususnya terkait solidaritas sosial. Lazim diiingatkan, masih banyak orang yang harus memeras keringat darah demi sebutir nasi. Jadi, kalau tak bisa berbagi, sekurangnya jangan buang-buang nasi. Ingat, di luar sana masih banyak orang yang bahkan untuk hari ini belum tentu bisa makan.
Maka, pikirlah berulang kali, sebelum menyia-nyiakan sebutir nasi di dalam piring.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H