Dalam rangka menjadi diri sendiri, temukanlah gaya tulis sendiri. Sebaiknya hindari meniru gaya tulis orang yang diidolakan. Peniruan semacam itu rentan tergelincir pada plagiarisme.
Saya contohkan diri sendiri. Pada suatu masa sangat mengidolakan gaya tulis Clifford Geertz, James Scott, dan Oscar Lewis. Ketiganya antropolog kelas dunia. Lalu saya mulai menulis artikel dengan meniru gaya tulis mereka. Hasilnya? Saya menjadi "jijik" sendiri, karena tak melihat diri sendiri dalam artikel yang saya tulis. Tak ada "signature" saya di situ. "Ini bukan aku, tapi Geertz, Scott, dan Lewis," kata saya dalam hati.
Maka saya kembali menulis seturut cara saya, yang saya sebut "metode tulis anarkis". Menulis apa saja dengan cara apa saja, tanpa melanggar kaidah-kaidah logika, etika, dan estetika. Yang terakhir ini, estetika, saya akui sebagai kelemahan terbesar saya. Begitulah saya menerakan "signature" dalam setiap tulisan. "Ini aku sendiri, bukan orang lain".
Sekali lagi, jadilah diri sendiri. Maka "setan plagiarisme" akan menjauh.***