PP Akun Kompasiana Mas Bamset (Kompasiana.com)
Apa sebab Kompasianer Bambang Setyawan (Bamset) tak hadir di hajatan Kompasianival 2016? Apakah karena, seperti dikatannya sendiri, Mas Bamset menolak segala bentuk penghargaan terkait kegiatannya ber-Kompasiana? Atas kesadaran dia merasa tak pantas menerimanya karena bukan itu tujuannya ber-Kompasiana? Melainkan semata kehendak membantu warga Salatiga memperkenalkan kotanya ke khalayak dunia? Sambil juga kerja sosial membantu sesama yang butuh lewat kekuatan dahsyat media Kompasiana?
Keterlaluan kalau ada yang percaya itu alasannya. Tolong diingat Mas Bamset itu wong Jowo sing sejatine njawani. Senantiasa rendah hati setiap saat. Dan begitulah orang Jawa sejati, selalu merasa tak layak, sehingga selalu menolak pujian dan penghargaan. Seperti kerap diparodikan Srimulat tempo dulu dengan jenaka: “mulut menolak tapi tangan mengembat”.
Jadi apa alasan sebenarnya?
Semula, berdasar analisis psiko-sosial, saya punya dua hipotesa. Pertama, Mas Bamset mengidap fobia perjalanan jarak jauh, apalagi kalau naik pesawat udara atau kereta api. Hipotesa ini didasarkan fakta liputannya sejauh ini hanya di Salatiga dan sekitarnya. Tapi hipotesa ini segera saya gugurkan karena bisa saja Mas Bamset dipingsankan dulu dengan suntikan atau apalah, seperti Mr. T dalam “The A Team”, lalu dinaikkan bus, kereta api, atau pesawat udara. Pasti tiba di Jakarta. Soal nanti dia nyasar di Jakarta, malah bagus, karena bisa jadi bahan tulisan baru.
Kedua, Mas Bamset malu hati kalau harus berkenalan untuk pertama kalinya dengan Susy Haryawan saat menerima penghargaan Best in Citizen Journalism cum People’s Choice di panggung Kompasianival 2016. Mosok ya sesama wong Solotigo kok ya baru kenalan di Jakarta. Ketahuan orang sekota kecil gak sharing and connecting dong? Tapi hipotesa ini juga segera saya tepis. Sebab mudah saja untuk Mas Bamset menemukan Mas Susy, satu-satunya orang berkacamata hitam saat nonton bioskop di Premier Salatiga.
Dua hipotesa digugurkan sendiri. Lalu apa alasannya?
Bukan Felix Tani, Si Kompasianer Tani Mardijker Anarkis Kampungan namanya, kalau tak bisa menemukan alasan sebenarnya. Setelah menelisik akun Mas Bamset dengan teliti, akhirnya, “Eurekaaa…! Ketemu jawabannya!”
Ini dia!
Alasan Mas Bamset tidak hadir di ajang Kompasianival 2016 tak lain tak bukan karena dia masih terkurung di balik terali rutan. Fitnah? Ada buktinya. Lihat PP di akun Kompasiana milik Mas Bamset. Bukankah dia berada di balik jeruji?
Lalu bagaimana caranya Mas Bamset bisa tetap produktif menulis artikel di Kompasiana, padahal dia berada di balik jeruji? Lha, kenapa heran, dulu “Pakde Kartono” juga bisa produktif nulis di Kompasiana dari balik jeruji, bukan?
Bedanya, sekaligus dahsyatnya,Mas Bamset mengumpul data, menganalisis, dan menuliskan sendiri semua artikelnya, tanpa bantuan “ghost writer”. Saya yakin hanya Mas Bamset yang bisa begitu, bukan yang lain!(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H