Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Dari Segitiga Parapat-Toba-Ajibata Menjadi Kota Partoba

6 September 2016   11:03 Diperbarui: 6 September 2016   11:15 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentu akan menjadi tantangan tersendiri untuk mengembangkan perairan itu sebagai kawasan wisata air. Bukan saja wisata wahana taman air dan pelesir danau,  tapi juga wisata perikanan danau misalnya.

Tapi tantangan utamanya sudah pasti menjadikan Kota Partoba sebagai acuan baku performa ragam aspek wisata untuk keseluruhan kawasan Danau Toba. 

Pertama, menjadi acuan baku pengendalian pencemaran lingkungan, khususnya pencemaran air danau, untuk menjamin kebersihan danau sesuai baku mutu. Sekarang ini tingkat pencemaran air danau tergolong tinggi.

Kedua, menjadi acuan baku penghijauan kawasan perbukitan Danau Toba.  Kawasan Danau Toba kini mengalami deforestasi yang mengancam tata-air, khususnya neraca air.  Lereng perbukitan sekitar Parapat, Ajibata, dan Tomok dapat dijadikan model penghijauan, dipadukan dengan fungsi-fungsi wanatani dan wanawisata.

Ketiga, menjadi acuan untuk zonasi kegiatan ekonomi yang diintegrasikan dengan fungsi wisata. Parapat misalnya menjadi zona perhotelan /konvensi, pertujukan, sejarah, dan wisata geologi.  Ajibata menjadi zona wisata ekonomi rakyat. Tomok menjadi zona wisata budaya,  agrowisata, dan wanawisata. Lalu perairan segitiga Partoba menjadi zona wisata air. Ini contoh zonasi saja.

Keempat, menjadi acuan transformasi kultural masyarakat Danau Toba dari kultur pertanian ke kultur wisata. Ini tantangan berat. Karena kultur pertanian cenderung introvert, melayani diri sendiri. Sementara kultur wisata bersifat ekstrovert, melayani pihak lain. Ini tidak mudah bagi masyarakat Danau Toba.

Kelima, menjadi acuan tata-kelola badan air sebagai wilayah administratif pemerintahan kota. Tantangannya adalah menjadikan segitiga perairan Partoba sebagai penyatu tiga titik kota, bukan sebagai pemisah.

Kelima, menjadi acuan pengembangan teknologi wisata modern. Sebagai contoh ekstrim, transportasi Parapat-Tomok bisa menggunakan kereta gantung lintas danau.

Gagasan pembentukan Kota Partoba mungkin terdengar “sinting”. Pasti  juga akan dihadapkan pada resistensi pemerintah  dan masyarakat daerah Tobasa, Samosir, dan Simalungun yang akan “kehilangan” lokus wisata terbaiknya.  Sebab, jika diwujudkan, Kota Partoba akan menjadi kotamadya mandiri, lepas dari tiga kabupaten induknya.

Tapi kalau melihat dampak positifnya nanti untuk mendukung perkembangan kawasan wisata Danau Toba secara keseluruhan, setiap pemangku sebaiknya memasang kepala dingin dulu. Lalu mulai duduk bersama membicarakan kemungkinan itu.

Boleh coba bertukar-pikiran di atas kapal pesiar, mengapung di tengah danau segitiga Partoba. Mungkin hasilnya akan menggembirakan.(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun