Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pak Mendikbud, Ada Alumni Memalak Siswa untuk Beli Mobil

13 Juli 2016   14:07 Diperbarui: 13 Juli 2016   18:04 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Mendikbud, bulan lalu saya sudah sampaikan masukan lewat artikel “Pak Mendikbud, Ada Sosialisasi Nilai Keserakahan dan Kemalasan di Sekolah Negeri” (K. 16 Juni 2016 ).

Saya tak yakin dan juga tak berharap Pak Mendikbud sempat membacanya.  Tapi kalau ada seorang saja staf Bapak membacanya, lalu membicarakannya di internal Kemendikbud, sudah cukuplah.

Sekarang izinkan saya memberi masukan lagi.  Khusus terkait masalah spesifik, yaitu pemalakan siswa secara sistematis dan masif.

Tindakan itu melibatkan pihak luar sekolah, dalam hal ini alumni, sehingga mungkin agak susah dijangkau Permendikbud No. 82/2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan.

Dalam artikel terdahulu, saya sudah singgung mekanisme pemalakan itu.  Menurut cerita siswa yang saya dengar, pemalakan itu diorganisir oleh alumni.  Kalau alumni SMP berarti siswa SMA.  Kalau alumni SMA berarti mahasiswa, atau mungkin juga “preman putus sekolah”.

Contoh yang sudah saya sampaikan terjadi di sekolah negeri di Jakarta, dekat kantor Pak Mendikbud.

Pemalakan oleh senior itu, kelas 3 atau alumni, dikenal dengan istilah “kolekan”.   Mekanismenya begini.  Berdasar informasi yang saya peroleh, tiap siswa dikenai “kolekan” senilai Rp 2.000-5.000 per hari. Misalkan nilai rata-rata “kolekan” Rp 2,000,- per hari, berarti seminggu sekolah, 5 hari, Rp 10.000,- per siswa. 

Jika jumlah kelas junior seluruhnya 10 kelas dan per kelas ada 30 siswa, berarti seluruhnya ada 300 siswa. Jika semua memberi kolekan Rp 10.000,- per minggu, maka akan terkumpul total Rp 3.000.000,- Dalam sebulan akan terkumpul Rp 12.000.000,- atau Rp 18.000.000,- dalam 6 minggu.

Saya sudah sampaikan dulu, hasil kolekan itu bisa digunakan untuk  beli motor oleh alumni yang mengkoordinirnya.  Dan memang itulah cerita yang saya dengar.  Masuk akal, karena harga motor bebek kan sekitar Rp 18,000,000.   Kalau mau motor agak besar, motor laki, tunggu 12 minggu.   Atau, kalau mau tetap 6 minggu, paksa untuk meningkatkan nilai kolekan per orang jadi minimal Rp 4,000,- per hari.

Yang lebih memiriskan lagi, saya mendapat informasi, ada alumni di SMA yang menargetkan beli mobil melalui mekanisme “kolekan” itu.   Omong kosong?  Mungkin, tapi coba simak hitung-hitungannya.

Jika dalam sebulan terkumpul Rp 12,000,000,- maka dalam enam bulan akan terkumpul Rp 72,000,000,-.  Jumlah itu cukup untuk down payment mobil yang tren untuk anak muda bukan?  Selanjutnya dia cukup menyicil dua atau tiga tahun dengan menggunakan uang hasil “kolekan”.  Coba, apa gak “enak” tu alumni tukang palak itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun