Bandingkan dengan ujung tombak kembar Tim Portugal, Nani dan Ronaldo. Hanya Ronaldo yang diganting dengan Quaresma, itupun karena cedera otot paha setelah benturan keras dengan Payet.
Dan keluarnya Ronaldo ini sebenarnya adalah “blessing in disguise”. Dengan keluarnya Ronaldo, Tim Portugal benar-benar bermain total 11 orang, sehingga Tim Prancis harus melawan 11 orang juga. Jika ada Ronaldo, Tim Portugal hanya “seorang Ronaldo”, sehingga Tim Prancis cukup melawan “seorang Ronaldo” saja.
Dalam pertandingan dini hari tadi, Ronaldo telah memainkan peran terbaiknya, yaitu sebagai “asisten dadakan” bagi pelatih Fernando Santos, berteriak-teriak memberi semangat dan arahan kepada teman-temannya di lapangan.
Kembali ke pertarungan Tim Portugal melawan Tim Prancis. Ringkasnya, teknik “rope a dope” yang diterapkan Tim Portugal betul-betul menguras tenaga Tim Prancis sepanjang 90 menit pertandingan. Maka ketika pertandingan memasuki babak perpanjangan waktu, karena skor bertahan 0-0, Tim Prancis sebenarnya sudah kelelahan.
Babak pertama perpanjangan waktu Tim Portugal masih memainkan teknik “rope a dope”, dan Tim Prancis masih tetap “tertipu” dengan tetap menggempur habis-habisan Portugal yang seolah-olah “tak berdaya”.
Memasuki babak kedua perpanjangan waktu, Tim Prancis sudah habis, betul-betul kepayahan. Permainan semakin terbuka, banyak “ruang pukul” yang terbuka. Melihat keadaan lawan yang sudah loyo, Tim Portugal lalu meningkatkan intensitas serangan baliknya.
Maka terjadilah, pada menit 109, Eder yang masuk menggantikan Sanches di menit ke 79, melihat ruang terbuka. Dia menggiring bola dengan cepat ke arah kotak pinalti, lalu tanpa terduga menembakkan bola menyilang ke sisi kakan gawang Hugo Lloris.
Dan, “Goooooolllllll….!”. Indah sekali. Tim Prancis “knock out”. Berusaha bangkit pada sisa waktu pertandingan, tapi Tim Prancis sebenarnya sudah “mabuk pukulan”, sehingga serangan mereka tak terarah lagi, ngawur dan tak bertenaga.
Ketika wasit meniupkan peluit tanda pertandingan berarkhir, yang terlihat kemudian, adalah Tim Prancis yang terkapar kehilangan tenaga dan asa di lapangan.
Pertandingan final dini hari tadi mengajarkan dengan baik, bahwa teknik “rope a dope” a’la Muhammad Ali ternyata sangat jitu jika diterapkan dalam pertandingan sepak bola. Tim Portugal telah membuktikannya dini hari tadi, dan berhasil meng-“KO” Tim Prancis dengan “sangat indah”.
Bolehlah dikatakan, dan kiranya tak berlebihan, bahwa Tim Portugal kini telah menjadi “Muhammad Ali”-nya sepak bola Eropa.