Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Timnas Portugal, “Muhammad Ali”-nya Sepak Bola Eropa

11 Juli 2016   11:23 Diperbarui: 11 Juli 2016   19:16 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

 

Pertandingan Timnas Portugal lawan Timnas Prancis dalam Final Piala Eropa 2016 dini hari tadi, paralel dengan pertandingan tinju antara Muhammad Ali lawan, katakanlah, Sonny Liston.

Dalam paralelisme itu, Tim(nas) Portugal adalah “Muhammad Ali” sedangkan Tim(nas) Prancis adalah “Sonny Liston”, atau sebut siapa sajalah yang pernah takluk pada Ali.

Strategi tanding tinju Ali sangat unik:  menguras tenaga lawan sampai lunglai, setelah itu pukul jatuh dengan indah.  Prakteknya adalah teknik “rope a dope”, bersandar di tali ring, lalu menerima pukulan lawan layaknya “sandsack”. 

Teknik “rope a dope” itu  menguras tenaga lawan, karena seolah meninju balon.  Saat ditinju, melesak ke dalam.  Tapi dengan cepat kembali ke posisi awal, sambil membalikkan tenaga pukulan lawan.

Gampangnya, kalau nonton “Kung Fu Panda 1”, mekanismenya seperti Ty Lung memukul perut gendut Po “Panda”: melesak ke dalam, tapi tiba-tiba balik lagi ke asal sambil melontarkan Ty Lung.  Begitu berulang kali sampai Ty Lung kepayahan, lalu “skedush …”, Po menekuk Ty Lung pada titik lemahnya, dan kiamatlah bagi Ty Lung.

Strategi “rope a dope” a’la Ali itulah yang saya lihat diterapkan Tim Portugal.  Menerima serangan bertubi-tubi dengan tenang, untuk kemudian dibalikkan pada lawan.  Terkadang memunculkan kesan Tim Portugal seolah tim amatiran, karena mudah kehilangan bola, dan mudah diserang.

Sebaliknya, Tim Perancis menerapkan strategi Sonny Liston, atau lawan-lawan Ali umumnya.  Sekuat tenaga untuk secepat mungkin menjatuhkan lawan.   Maka sejak menit awal, kesebelasan Prancis seperti “kesetanan” mengepung dan menggempur Tim Portugal  habis-habisan. 

Seperti Sonny Liston, Tim Prancis terus-menerus menghajar dan menghujani Tim Portugal dengan tembakan-tembakan keras ke gawang.  Tapi semua dapat dipantulkan kembali oleh barisan  pertahanan Tim Portugal, yaitu kuartet Cedric-Fonte-Pepe-Raphael plus kiper Rui Patricio.

Kuartet plus kiper Rui ibaratnya telah menjadi “tali ring” tempat Tim Portugal bersandar ketika dihajar bertubi-tubi oleh kuartet Sissoko (Martial 110’)-Griezmann-Payet (Coman 58’)-Giroud (Gignac 78’). 

Tembakan atau sontekan kuartet Prancis itu selalu dapat diredam kuartet Portugal plus kiper Rui, dan dibalikkan lagi ke wilayah tengah atau pertahanan Prancis.  Akibatnya kuartet Prancis itu terkuras habis tenaganya, dan mulai frustasi.  Terbukti  Payet, Giroud, dan kemudian Sissoko harus digantikan oleh cadangan.

Bandingkan dengan ujung tombak kembar Tim Portugal, Nani dan Ronaldo. Hanya Ronaldo yang diganting dengan Quaresma, itupun karena cedera otot paha setelah benturan keras dengan Payet.

Dan keluarnya Ronaldo ini sebenarnya adalah “blessing in disguise”.  Dengan keluarnya Ronaldo, Tim Portugal benar-benar bermain total 11 orang, sehingga Tim Prancis harus melawan 11 orang juga.  Jika ada Ronaldo, Tim Portugal hanya “seorang Ronaldo”, sehingga Tim Prancis cukup melawan “seorang Ronaldo” saja.

Dalam pertandingan dini hari tadi, Ronaldo telah memainkan peran terbaiknya, yaitu sebagai “asisten dadakan” bagi pelatih Fernando Santos, berteriak-teriak memberi semangat dan arahan kepada teman-temannya di lapangan.

Kembali ke pertarungan Tim Portugal melawan Tim Prancis.  Ringkasnya, teknik “rope a dope” yang diterapkan Tim Portugal betul-betul menguras tenaga Tim Prancis sepanjang 90 menit pertandingan.  Maka ketika pertandingan memasuki babak perpanjangan waktu, karena skor bertahan 0-0, Tim Prancis sebenarnya sudah kelelahan.

Babak pertama perpanjangan waktu Tim Portugal masih memainkan teknik “rope a dope”, dan Tim Prancis masih tetap “tertipu” dengan tetap menggempur habis-habisan Portugal yang seolah-olah “tak berdaya”.

Memasuki babak kedua perpanjangan waktu, Tim Prancis sudah habis, betul-betul kepayahan.  Permainan semakin terbuka, banyak “ruang pukul” yang terbuka.  Melihat keadaan lawan yang sudah loyo, Tim Portugal lalu meningkatkan intensitas serangan baliknya. 

Maka terjadilah, pada menit 109, Eder yang masuk menggantikan Sanches di menit ke 79, melihat ruang terbuka.  Dia menggiring bola dengan cepat ke arah kotak pinalti, lalu tanpa terduga menembakkan bola menyilang ke sisi kakan gawang Hugo Lloris. 

Dan, “Goooooolllllll….!”.   Indah sekali. Tim Prancis “knock out”.   Berusaha bangkit pada sisa waktu pertandingan, tapi Tim Prancis sebenarnya sudah “mabuk pukulan”, sehingga serangan mereka tak terarah lagi, ngawur dan tak bertenaga. 

Ketika wasit meniupkan peluit tanda pertandingan berarkhir, yang terlihat kemudian, adalah Tim Prancis yang terkapar kehilangan tenaga dan asa di lapangan.

Pertandingan final dini hari tadi mengajarkan dengan baik, bahwa teknik “rope a dope” a’la Muhammad Ali ternyata sangat jitu jika diterapkan dalam pertandingan sepak bola.  Tim Portugal telah membuktikannya dini hari tadi, dan berhasil meng-“KO” Tim Prancis dengan “sangat indah”.

Bolehlah dikatakan, dan kiranya tak berlebihan, bahwa Tim Portugal kini telah menjadi “Muhammad Ali”-nya sepak bola Eropa.

Tentu, ini adalah pendapat saya, seorang “penonton amatir” sepak bola.  Sekali lagi, “penonton amatir”, bukan “pengamat amatir”.  Jadi, paham sendirilah bagaimana kualitas ulasannya.

Parabéns Seleccao!(*)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun